Kamis 05 Dec 2013 19:45 WIB

Dewan Menilai Jilbab Tak Akan Ganggu Kinerja Polwan

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Dewi Mardiani
 Peragaan pakaian dinas untuk Polwan berjilbab di Lapangan Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat (25/11). (Republika/Yasin Habibi)
Peragaan pakaian dinas untuk Polwan berjilbab di Lapangan Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat (25/11). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah fraksi di DPR menyesalkan penundaan penggunaan jilbab Polwan. Hal tersebut tidak sejalan dengan prinsip hak azasi manusia (HAM) yang dijamin dalam konstitusi. Jilbab juga tidak akan mengganggu kinerja Polwan di lapangan.

‘’Kami sangat menyesalkan penundaan penggunaan jilbab Polwan,’’ ujar Anggota Komisi III DPR dari Partai Golkar, Deding Ishak, Kamis (5/12). Pasalnya, pemakaian jilbab merupakan salah satu prinsip HAM yang dijamin di UUD 1945.

Menurut Deding, penggunaan jilbab tidak akan menganggu kinerja para Polwan di lapangan. Justru pemakaian jilbab akan meningkatkan kinerja terutama dalam hal lebih santun dan humanis di mata masyarakat.

Deding mengatakan, banyaknya respons kecewa dari masyarakat atas penundaan ini harus ditanggapo Kapolri. Terlebih, semua fraksi di DPR secara bulat mendukung kebijakan untuk penggunaan jilbab di lingkungan kepolisian.

‘’Untuk anggaran jilbab pun akan kami dorong,’’ terang Deding. Rencananya, anggaran tersebut akan dimasukan dalam APBN Perubahan 2014 mendatang. Untuk saat ini para polwan dapat membeli jilbab dari anggaran sendiri. Pasalnya, biaya untuk membelinya tidak terlalu besar.

Dikatakan Deding, Kapolri dalam waktu dekat harus segera mengeluarkan SK Jilbab. Menurutnya, kebijakan tersebut tidak boleh ditunda-tunda lagi.

Sementara itu anggota Fraksi Demokrat, Ramadhan Pohan mengatakan, Demokrat juga meminta agar penggunaan jilbab oleh para Polwan dilanjutkan. ‘’Kami setuju penggunaan jilbab Polwan,’’ ujar dia.

Menurut dia, penundaan pemakaian jilbab didasarkan pada pertimbangan Polri secara institusi. Ia membantah penundaan tersebut dipengaruhi adanya intervensi dari istana seperti isu yang beredar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement