REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jakarta masyhur sebagai kota dengan mal terbanyak di dunia. Tak heran jika Jakarta menjelma sebagai pusat metropolis Indonesia.
''Trend mal dan cafe ini menjadi simbol kemapanan, dan modernisasi di kalangan anak muda khususnya,'' ujar calon anggota Senator dari daerah pemilihan DKI Jakarta, Rommy, Rabu (4/12).
Sebagian besar orang, kata dia, lebih memilih menjadikan mal dan cafe sebagai tempat tongkrong karena dinilai sejuk, bersih, dan aman dari pencopet.
''Tetapi secara ekonomi, keuntungannya lagi-lagi mengalir ke kalangan pebisnis yang bermodal besar,'' cetusnya. Rommy menuturkan, fenomena menjamurnya bisnis tongkrongan di Bandung atau Jogjakarta sebagai sebuah fenomena yang menarik.
Sebab, kata Rommy, pebisnis yang menjamur adalah bisnis kecil atau street vendor yang menyuguhkan nuansa tradisional atau bertema pendidikan dan kebudayaan. Selain sebagai sarana promosi wisata, kata dia, bisnis tongkrongan itu mendorong bergeliatnya ekonomi kecil dengan skala modal kecil menengah.
''Seni mural (seni lukis tembok jalanan), seni lukis, pengamen jalanan, dll menjadi suguhan menarik asalkan terus dipromosikan,'' papar dia.
Pria yang berjuluk 'Anak Kampung Jakarta' itu menambahkan, taman-taman kota juga bisa dibuka untuk aktivitas berkumpul anak muda berlatih olahraga atau musik. Selain itu, kata dia, para street vendor bisa berjualan dan mendapatkan penghasilan.
''Asalkan diberikan space buat mereka dan juga ditata agar tetap bersih dan nyaman bagi pembeli,'' ungkapnya. Selain itu, pemerintah bisa bekerja sama dengan pihak ketiga menyediakan tempat dagang gratis ataupun sewa paling murah, yang lokasinya tidak ditrotoar dan tidak di area yang macet.