REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Golkar Hajriyanto Y Tohari mengatakan, cawapres Golkar harus bisa menjadi penyempurna Aburizal Bakrie (Ical). Sehingga ketua umum Partai Golkar itu bisa lebih dapat diterima masyarakat Indonesia yang plural dan majemuk.
"Dalam pemilihan cawapres tidak didiskusikan sipil atau militer, Jawa atau luar Jawa. Itu malah tidak sesuai dengan platform wawasan kebangsaan, jangan sampai malah didistorsi menjadi dikusi etnis atau sukuisme," katanya di Jakarta, Jumat (22/11).
Perbedaan latar belakang agama, budaya dan etnis, katanya, tidak boleh menjadi kriteria dalam memilih cawapres. Alih-alih harus diutamakan kemampuan dan kapabilitasnya untuk menutupi kekurangan Ical.
Sebetulnya, terang Hajriyanto, popularitas Ical cukup tinggi. Ini merujuk hasil survei yang biasanya mencakup tiga level, yakni popularitas, kesukaan, dan elektabilitas.
Dari sisi popularitas, Ical tak kalah dengan Megawati Sukarnoputri, Prabowo Subianto, dan Joko Widodo (Jokowi). Tapi, berbeda pada tingkat kesukaan yang memang agak turun. Begitu pula pada elektabilitas yang lebih turun lagi.
"Namun saya tidak membaca hal ini dalam nada pesimis tapi malah optimis. Ical sudah dikenal kurang disukai, kalau nanti sudah disukai maka elektabilitasnya pasti naik," kata Wakil Ketua MPR tersebut.