Kamis 21 Nov 2013 18:49 WIB

Survei: Popularitas Konvensi Partai Demokrat Kian Meredup

11 peserta Konvensi Capres Partai Demokrat
Foto: ANTARA FOTO/Rosa Panggabean
11 peserta Konvensi Capres Partai Demokrat

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA — Popularitas konvensi calon presiden yang digelar Partai Demokrat kian meredup. Berdasarkan survei yang dilakukan Indonesia Indicator (I2) terhadap 337 portal berita online,  pemberitaan mengenai Konvensi Partai Demokrat terus menurun.

Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2), Rustika Herlambang, mengungkapkan, pada April 2013 pemberitaan mengenai wacana Konvensi Partai Demokrat menunjukkan trend naik.

Pada Juli sekitar 2.000 pemberitaan tentang Konvensi Partai Demokrat menghiasi media massa soal tersebut. ''Puncaknya terjadi pada Agustus lalu,'' ujar Tika, panggilan akrab Rustika Herlambang, Kamis (21/11). I2 melakukan survei secara real time tujuh hari kali 24 jam dengan menggunakan perangkat lunak crawler (robot).

Selama Agustus,  kata Tika,  tercatat ada 4.000-an pemberitaan mengenai Konvensi Partai Demokrat. ''Tetapi setelah itu trend-nya terus mengalami penurunan,” kata Tika.

I2 mencatat, selama September ada sekitar 3.000 pemberitaan tentang Konvensi Partai Demokrat. Namun pada Oktober hanya tercatat 500 pemberitaan yang muncul sekitar Konvensi.  Pada Oktober dan November pemberitaan Konvesi Partai Demokrat -- termasuk kampanye yang dilakukan oleh 11 peserta konvensi -- jumlah eksposenya hanya sepertiga jumlahnya dibanding Agustus.

“Di akhir bulan ini, sampai tanggal 20 kemarin, baru ada 400-an berita soal Konvensi di media massa,” kata Tika. Artinya, diprediksi kuat jumlah pemberitaan bulan ini akan lebih sedikit lagi. Padahal, Konvensi sendiri baru akan ditutup pada Mei 2014 mendatang.

Konvensi Partai Demokrat sendiri akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama bulan September hingga Desember 2013. Dalam tahap itu, para peserta konvensi tidak dilakukan debat antara kandidat.Kemudian tahap kedua bulan Januari hingga Mei 2014. Pada tahap itu, semua peserta menjalankan kegiatan konvensi termasuk debat antarkandidat. Artinya, melihat animo pers yang begitu kecil sementara jalan menuju puncak acara masih panjang, ancaman kegagalan Konvensi pun begitu kuat membayang.

Tika sendiri melihat bahwa penurunan ekspos Konvensi itu seiring dengan penurunan ekspos Partai Demokrat di media massa. Sementara, di sisi lain ekspos Partai Demokrat dan kasus-kasus korupsi justru memperlihatkan kenaikan. 

“Penolakan Jokowi, Mahfud MD dan Jusuf Kalla untuk ikut Konvensi Partai Demokrat, juga turut membuat melemahnya ‘efek magnet’ Konvensi di benak publik,” kata Tika.

Tika memaparkan, menurunnya pamor Konvensi Partai Demokrat bisa jadi terkait dengan meningkatnya elektabilitas Jokowi yang dihasilkan dari berbagai lembaga survei.

Pada beberapa pemberitaan, penilaian terhadap Konvensi Partai Demokrat diperbandingkan langsung atau dihadap-­hadapkan dengan dengan Jokowi.

Yang juga tidak dinafikan Tika adalah komentar sejumlah pengamat yang menilai rendahnya mutu Konvensi. Sebagaimana diketahui, pengamat Effendy Ghazali sempat menilai Konvensi itu minim kontestasi, sementara pengamat politik Iberamsyah melihat calon-calon presiden yang ikut Konvensi sebagai calon ‘abal-abal’.    

Menurut Tika, beberapa peserta Konvensi Partai Demokrat juga memiliki tren penurunan yang sama dengan Konvensi Partai Demokrat. ''Kecuali Dahlan Iskan, seluruh peserta konvensi mengalami penurunan drastis dari sisi pemberitaan," paparnya.

Ekspose Dahlan Iskan  tercatat masih tertinggi.  Posisi kedua sempat diduduki Gita Wirjawan. Namun, dalam dua bulan terakhir ini, posisi Gita disalip Marzuki Alie.

Kecenderungan pemberitaan yang menurun, bahkan diliputi isu negatif, kata Tika, merupakan tantangan besar Partai Demokrat saat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement