Rabu 20 Nov 2013 14:13 WIB

Disadap Australia, SBY: Sekarang Bukan Perang Dingin

Rep: Esthi Maharani/ Red: A.Syalaby Ichsan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berjabat tangan dengan Perdana Menteri Australia yang baru saja dilantik, Tony Abbott di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (30/9).
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berjabat tangan dengan Perdana Menteri Australia yang baru saja dilantik, Tony Abbott di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (30/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kecewa terhadap tindakan penyadapan yang dilakukan oleh intelijen Australia. Presiden pun menganggap saat ini bukan era perang dingin ketika dua blok negara saling mengintai. 

"Sekarang bukan era perang dingin. Di era perang dingin menjadi biasa saling mengintai. Sekarang dunia tidak lagi seperti itu," ujar Presiden saat jumpa pers di Istana Negara, Jakarta, Rabu (20/11). 

Meski sudah bukan era perang dingin, SBY menilai, kegiatan penyadapan bisa saja terjadi jika ada dua negara yang bermusuhan. Menurutnya, intelijen dua negara yang bertikai sangat memungkinkan untuk saling mengintai dan menyadap. 

"Antara Indonesia dan Australia tidak berada pada posisi berhadapan atau bermusuhan," ujarnya. Presiden pun mempertanyakan, adanya anggapan jika intelijen bisa amelakukan apa saja karena tugas intelijen memang untuk mata-mata. Menurut dia, hal tersebut sudah melanggar hukum dan norma internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement