Selasa 12 Nov 2013 20:04 WIB

Pemkot Depok Resmikan Ruang Menyusui

Rep: Hannan Putra/ Red: Djibril Muhammad
Ruang menyusui.
Ruang menyusui.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Air susu ibu (ASI) adalah hak bagi setiap bayi yang lahir ke dunia. Selain itu, ASI juga menjadi makanan terbaik bagi bayi. Nutrisinya sangat sempurna, mudah dicerna, dan melindungi bayi dari serangan penyakit.

Asi juga bermanfaat bagi kesehatan ibu sendiri. ASI dapat meningkatkan kekebalan anak (zat antibodi) melalui kolostrum ASI, meningkatkan kecerdasan anak, mencegah penyakit infeksi pada anak dan membantunya memiliki pencernaan yang lebih baik.

Namun hal penting ini tampaknya kurang difasilitasi pemerintah dan masyarakat. Kesadaran akan penyediaan pojok ASI dan ruang menyusui di tempat-tempat umum masih sangat rendah.

Mungkin banyak yang menyangka, ketersediaan ruang menyusui dianggap belum terlalu penting. Sehingga masih banyak pusat keramaian, terminal, stasiun, perkantoran, dan mal-mal yang tidak menyediakan ruang untuk memerah ASI.

"Sangat disayangkan pojok ASI masih jarang ditemui di tempat-tempat umum. Ibu-ibu yang ingin menyusui anaknya mesti kemana?" papar Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Kota Depok, Novi Andriani kepada Republika, Selasa (12/11).

Penyediaan ruang menyusui sebenarnya telah dimasukkan ke dalam peraturan bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Menteri Kesehatan.

Undang-undang yang dihasilkan seperti nomor 48/Men.PP/XII/2008, Per.27/MEN/XII/2008, dan Menkes/PB/XII/2008. Di dalamnya secara gamblang telah menginstruksikan agar memfasilitasi pemberian ASI selama waktu kerja di jam kerja.

Wali Kota Depok, Nur Mahmudi Ismail dalam misinya menjadikan Depok sebagai kota layak anak mulai memberi perhatian serius soal ketersediaan pojok ASI. Seiring dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-49, ia meresmikan klinik kesehatan dan pojok ASI di kantornya.

"Ini dalam rangka menyempurnakan fasilitas pelayanan publik. Kita ingin tampakkan kita sungguh-sungguh ingin menjadikan Depok sebagai kota layak anak," ujarnya selepas ketika peresmian pojok ASI tersebut, Selasa (12/11) di Balaikota Depok.

Nur Mahmudi memaparkan, gaya hidup warganya yang telah menjadi ibu rumah tangga kebanyakan tetap memilih untuk bekerja. Sedangkan cuti dari pihak perusahaan tempat mereka bekerja hanya memberikan waktu tiga bulan.

"ASI eksklusif itu enam bulan, sedangkan ia hanya mendapat cuti tiga bulan. Supaya tidak terganggu (pekerjaan dan hak ASI eksklusif bayi), ketersediaan ruang menyusui ini harus ada," paparnya.

Dengan adanya ruang menyusui, diharapkan si ibu dapat bekerja dengan tenang. Ia pun diharapkan bisa memperlihatkan kinerja yang optimal dengan tidak mengganggu tanggungjawabnya sebagai ibu menyusui.

Wali Kota Depok ini pun menghimbau agar penyedia layanan publik turut mencontohnya. Menurut Nur, penyediaan ruang menyusui sangat sederhana dan tidak memakan tempat yang luas. Ia pun menjanjikan di kantornya yang baru akan dibuat ruang menyusui seperti yang baru saja ia resmikan.

"Kita nanti juga akan siapkan ruang permainan anak. Terserah nanti apa namanya, apakah tempat penitipan anak atau apa. Yang jelas, karyawan juga bisa membawa pengasuh anaknya dan kita tempatkan disana," paparnya.

Novi menambahkan, biaya yang diperlukan untuk ruang menyusui sangatlah kecil. Menurutnya, hal-hal yang harus ada adalah kulkas/ freezer tempat penyimpan ASI. "Yang terpenting ada kulkas untuk menyimpan ASI. Tempatnya tertutup dan nyaman. Itu saja," katanya menjelaskan.

Ia mengapresiasi ruang yang tersedia di ruang Balaikota Depok. Diruangan tersebut sudah tertata sedemian cantik dan membuat ibu menyusui nyaman. Ruang tersebut selain dilengkapi freezer lengkap dengan botol asi, juga ada tempat tidur bayi.

Mereka yang ingin memerah ASI binya nyaman duduk di sofa yang disediakan. Selain itu, beberapa peralatan bayi seperti kain dan tissu juga telah tersedia. Bahkan, di dinding pun telah dibentuk ornamen dan wallpaper anak-anak.

"Intinya nyaman," ucap seorang guru SD, Dian pavita yang menjadi orang pertama mencoba ruangan tersebut.

Sebagai ibu menyusui, Dian memang mengeluhkan tempat-tempat umum yang tidak menyediakan ruang menyusui. Di sekolahnya sendiri, Dian memanfaatkan ruang UKS untuk memerah ASI.

Terkadang, ia terpaksa ke toilet untuk memerah ASI. "Padahal di toilet kan rentan kuman. Sementara ASI harus benar-benar bersih," keluhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement