Rabu 06 Nov 2013 17:53 WIB

IPW Soroti Arogansi Anggota Brimob

Lokasi penembakan satpam hingga tewas oleh anggota Brimob di Cengkareng, Jakarta Barat.
Foto: Mas Alamil Huda
Lokasi penembakan satpam hingga tewas oleh anggota Brimob di Cengkareng, Jakarta Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menyoroti sikap arogansi dan represif anggota Brimob terkait banyaknya aksi tindak kekerasan yang dilakukan korps pasukan khusus Polri tersebut.

"Kasus penembakan satpam di Cengkareng menunjukkan sikap arogansi dan represif anggota Brimob. Di sisi lain, kasus pembunuhan anggota Brimob di Pasar Minggu menunjukan bahwa anggota Brimob kurang terlatih," kata Neta S Pane dihubungi di Jakarta, Rabu (6/11).

Neta mengatakan kasus Briptu WW yang menembak satpam Bachrudin di sebuah ruko di Cengkareng sangat memungkinkan karena anggota Brimob itu mengalami gangguan kejiwaan. Pasalnya, pemicu penembakan itu adalah hal sepele, yaitu karena satpam dinilai tidak hormat kepada polisi tersebut.

Briptu WW yang dimintai kepala keamanan ruko menjadi pembina dan pengawas satpam menembak Bachrudin hanya karena satpam itu menolak hukuman 'push up' yang dia berikan.

"Di sisi lain, Brigadir Syarif Mappa yang tewas ditusuk seorang kenek metro mini di Pasar Minggu menunjukkan bahwa dia kurang terlatih. Seharusnya, sebagai anggota pasukan khusus Polri, dia bisa mengalahkan sampai lima orang," tuturnya.

Karena itu, Neta mendesak Kapolri Jenderal Pol Sutarman agar memperhatikan kemampuan anggota polisi dalam melindungi dan membela diri. Menurut dia, seorang polisi tidak akan bisa menjadi pelindung dan pengayom masyarakat kalo tidak bisa melindungi diri sendiri.

Selain itu, Neta juga menyoroti maraknya konflik antara masyarakat dan anggota polisi. Menurut data IPW, dalam tiga tahun terakhir menunjukan bahwa konflik antara polisi dengan masyarakat semakin meningkat.

"Salah satu indikasinya adalah banyak kantor polisi yang diserang dan dibakar masyarakat. Indikasi kedua adalahnya banyaknya kejadian polisi dikeroyok masyarakat, bahkan ketika sedang menangkap penjahat," katanya.

Indikasi berikutnya, kata Neta, adalah banyaknya kejadian penembakan yang dilakukan atau menyasar anggota polisi.

Menurut data IPW, sepanjang 2013 terjadi 52 kasus penembakan. "Sebanyak 35 kasus penembakan oleh orang tidak dikenal. Dari 35 kasus itu, delapan diantaranya menyasar anggota polisi. Enam diantaranya tewas," jelasnya.

Sedangkan 17 kasus penembakan lainnya, lanjut Neta, dilakukan oleh para "polisi koboi". Penembakan yang dilakukan para "polisi koboi" menewaskan 10 orang dan menyebabkan 16 orang terluka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement