REPUBLIKA.CO.ID, KOTABARU -- Sudah 18 tahun tiang listrik didirikan di Desa Sekandis, Kecamatan Pamukan Selatan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, hingga saat ini belum juga dialiri listrik. Menurut warga setempat, Uncit Ain di Sekandis, Ahad (1/9), sudah beberapa kali pihak pemerintah daerah berjanji akan mengalirkan listrik.
Untuk menjangkau Sekadis butuh waktu dua jam perjalanan menggunakan speed boat dari Kotabaru, ibu kota Kabupaten Kotabaru. "Namun hingga saat ini, terhitung sudah 18 tahun lebih, janji masuknya alilran listrik ke desa kami tidak kunjung dipenuhi pemerintah," ujarnya.
Untuk mendapatkan pasokan tenaga listrik, warga setempat terpaksa menggunakan mesin genset namun karena biayanya yang mahal tidak semua dapat melakukannya. Ia mengatakan, solar sebagai bahan bakar genset sulit di dapat karena harus didatangkan dari Kotabaru. "Disini harga solar Rp 10 ribu perliter dan sulit didapat sehingga tidak semua orang dapat menggunakan genset," katanya.
Dalam satu bulan, untuk pemakaian genset sejak pukul 18:00 sampai pukul 23:00, warga harus mengeluarkan biaya antara Rp 1 juta hingga Rp 1.500 ribu. Saat ini, tiang listrik yang telah dilengkapi kabel tersebut kondisinya terbengkalai sehingga banyak yang patah, roboh dan rusak.
Sebagian dari tiang tersebut, tambahnya, dimanfaatkan oleh pengelola Perusahaan Listrik Swasta (PLS) untuk mengalirkan tenaga listrik ke rumah-rumah warga. "Namun biaya yang harus dikeluarkan untuk menjadi pelanggan PLS juga mahal. Dalam satu bulan mengeluarkan antara Rp 900 ribu hingga Rp1.500 ribu untuk membayar rekening tagihan," tambahnya.
Karena itulah, tidak semua warga dapat memasang dan menjadi pelanggan PLS. Selain itu, pasokan tenaga listrik dari PLS juga seringkali padam. Selain di wilayah Kecamatan Pamukan Selatan, beberapa wilayah kecamatan lain di Kotabaru seperti Sampanahan, Kelumpang Utara dan Kelumpang Tengah, juga mengalami masalah pasokan tenaga listrik yang sama.