REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Wiranto mengatakan perbedaan angkatan antara Panglima TNI Jenderal Moeldoko dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Letnan Jenderal Budiman tak akan bermasalah.
"Walaupun Budiman lebih senior (Akabri angkatan 1978) dari Moeldoko (Akabri angkatan 1981) hal itu tak akan memengaruhi kinerja keduanya," kata Wiranto di sela-sela peluncuran buku anggota Komisi I DPR Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati yang berjudul "Komunikasi dalam Kinerja Intelijen Keamanan" di Jakarta Pusat, Jumat malam.
Menurut dia, tak ada larangan junior berada di atas senior dalam hal jabatan. Kendati demikian, seyogyanya ada regenerasi dari senior ke junior.
Wiranto menjelaskan bahwa regenerasi dari senior ke junior bukanlah hal mutlak karena pergantian jabatan orientasinya adalah misi. Adapun misi lebih dititikberatkan pada kemampuan kompetensi.
"Kondisi mengharuskan pemimpin memilih orang dengan kompetensi tertentu. Jika pemilihan dipaksakan dari angkatan yang lebih junior yang belum memiliki kompetensi, maka akan beresiko," ujarnya.
Ia pun mengaku juga pernah pada posisi yang sama saat dirinya diangkat menjadi Panglima ABRI. Saat itu dirinya merupakan angkatan 1968 dan harus menggantikan Faisal Tanjung yang angkatan 1961.
"Loncatnya sampai tujuh angkatan," kata dia menjelaskan.
Sementara itu, pada Jumat pagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melantik Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko untuk mengantikan Laksamana TNI Agus Suhartono yang memasuki masa pensiun. Moeldoko sebelumnya adalah Kepala Staf TNI Angkatan Darat.
Presiden juga melantik mantan Sekjen Kemhan Letjen TNI Budiman sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) untuk menggantikan Jenderal TNI Moeldoko.