REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Wakil Ketua DPP Partai Golkar Agung Laksono mengatakan partainya akan mengumumkan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) setelah mengetahui hasil perolehan Pemilu Legislatif 2014.
"Partai Golkar akan mengumumkan nama capres dan cawapres setelah mengetahui hasil Pemilu legislatif 2014," ujar Agung yang juga Menko Kesra di Bojonegoro, Jatim, Minggu, seperti dikutip Antara.
Pertimbangannya, katanya, perolehan semua parpol peserta Pemilu Legislatif 2014 termasuk Partai Golkar tidak mungkin ada yang bisa memperoleh 40 persen seperti di jaman Orde Baru.
Oleh karena itu, menurut dia, partainya harus berkoalisi dengan partai lain untuk bisa maju dalam Pemilu Presiden (Pilpres), karena tidak mungkin bisa menang mutlak.
Lebih lanjut ia menjelaskan partainya memasang target bisa memperoleh suara di dalam pemilu legislatif sekitar 30 persen, namun juga tetap memperhitungkan harus melakukan koalisi dengan parpol lainnya untuk maju dalam pilpres.
"Kalau target kita bisa memperoleh suara Pemilu Legislatif 2014 sekitar 30 persen," tandasnya.
Ditanya kemungkinan dirinya juga maju sebagai cawapres berpasangan dengan Aburizal Bakrie, Agung mengelak memberikan keterangan.
"Ya kita lihat dulu hasil Pemilu Legislatif 2014. Kan tidak mungkin Partai Golkar berdiri sendiri," ucapnya.
Ia mengaku, partainya masih fokus melakukan konsolidasi internal, dan memberikan pembekalan kepada calon calon anggota legislatif yang berhubungan dengan target perolehan 30 persen suara pada Pemilu Legislatif 2014.
Sebelumnya, Board of Advisor CSIS, Jeffrie Geovanie, memprediksi setelah Pemilu 2014 PDI Perjuangan mau tak mau harus berkoalisi dengan Golkar jika tak menggandeng Demokrat dan Gerindra.
"Namun tentu bukan Golkar di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie. Tapi Golkar pascamunas 2015," ujar Jeffrie.
Saat ditanya siapa tokoh Golkar yang berpeluang untuk menjadi calon wakil presiden yang akan mendampingi Jokowi? Jeffrie menjawab tokoh Golkar agar memiliki dasar untuk mengambil-alih Golkar pada munas 2015.
"Kemudian Golkar pascamunas tersebut akan berkoalisi dengan PDIP," ungkapnya.
Menurut Jeffrie, Jokowi sebagai capres dari generasi baru tentu harus mencari cawapres yang punya senioritas dalam politik Indonesia, seperti halnya Obama dengan Joe Biden.
"Tokoh Golkar senior tersebut juga sebaiknya mempunyai kemampuan diplomasi luar negeri yang baik, mengingat Jokowi akan fokus mengurus dalam negeri," papar Jeffrie.
Cawapres yang ideal mendampingi Jokowi, kata dia, harus memiliki latar belakang militer. "Kalau sipil, ya sipil yang tegas dan berani."
Lebih baik lagi, tutur Jeffrie, cawapresnya berbeda sukunya dengan Jokowi. Semakin sempurna kalau juga memiliki basis dukungan dari masyarakat yang sudah terbukti.
"Kalau itu terjadi maka partai penguasa pasca2014 adalah PDIP didukung Golkar dengan partai penyeimbang pemerintahan yang dipimpin Demokrat. Kita lihat saja tidak lama lagi, satu tahun lagi," ungkap Jeffrie.