REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa pada saat ini tengah terjadi penyimpangan suhu permukaan laut di sejumlah wilayah di Indonesia.
"Suhu permukaan laut pada saat ini lebih tinggi dibanding normalnya," kata Kepala BMKG Sri Woro di Jakarta, Rabu (5/6). Woro menjelaskan, anomali suhu permukaan air laut tersebut diperkirakan berdampak pada peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia khususnya Jawa dan Sumatera.
Dengan demikian, musim kemarau tahun ini akan lebih banyak hujan dibandingkan dengan pola musim kemarau normal. "Anomali cuaca ini kemungkinan besar masih akan berlangsung hingga beberapa bulan ke depan," katanya.
Hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi, katanya, diprediksi akan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. "Peningkatan curah hujan meliputi wilayah Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara dan sebagian Maluku," katanya.
Sementara itu, Kepala Pusat Data, Humas dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, peningkatan curah hujan diperkirakan akan berpengaruh pada bencana banjir dan longsor.
"Gangguan cuaca pada musim kemarau ini diprediksi berlangsung Juli sampai Agustus ke depan. Kondisi demikian dapat menyebabkan terjadinya hujan berintensitas tinggi dan menimbulkan banjir, longsor, memicu hama penyakit yang pada gilirannya menimbulkan gagal panen dan sebagainya," katanya.
Dia juga menambahkan, anomali pola angin yang berasal dari Samudra Hindia bergerak ke timur laut menusuk Jawa dan Sumatera, lalu berbelok ke timur menunjukkan pola yang mirip dengan musim penghujan.
"Pola angin itu mirip pola angin baratan atau monsunal Asia dari barat ke timur," katanya.
Umumnya hal ini berlangsung pada musim penghujan, sedangkan saat ini adalah musim pancaroba menuju musim kemarau.
"Kondisi demikian menyebabkan wilayah Indonesia masih berptensi hujan dengan intensitas tinggi yang dapat memicu banjir dan longsor," katanya.