REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar politik UIN Syarif Hidayatullah, Saleh Partaonan Daulay mengatakan, kampanye penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) belum tentu menarik simpati dan mendorong masyarakat untuk memilih salah satu partai.
"Masyarakat sudah cerdas dalam melihat setiap perilaku politisi dan partai politik. Karena itu, kampanye seperti itu belum tentu dapat menarik simpati rakyat," kata Saleh dihubungi di Jakarta, Selasa (4/6).
Beberapa hari ini, PKS terlihat mulai terbuka dan terang-terangan melakukan kampanye penolakan kenaikan harga BBM bersubsidi. Penolakan itu ditampilkan dalam berbagai spanduk yang menampilkan pengurus dan bakal calon anggota legislatif dari partai tarbiyah tersebut.
Sebagian kalangan mempertanyakan sikap penolakan itu. Sebab, PKS merupakan bagian dari koalisi partai yang mendukung pemerintahan. Saleh berpendapat, sikap PKS itu lebih layak ditampilkan partai oposisi.
Saleh mengatakan, pemberitaan mengenai kasus yang menimpa mantan orang nomor satu partai tersebut, yaitu Luthfi Hasan Ishaaq masih menghiasi media dalam beberapa hari ini.
"Jika tidak ada kasus impor daging sapi, bisa saja rakyat simpati. Namun, penolakan kenaikan harga BBM melalui spanduk saya rasa tidak akan mampu menghalau ingatan publik terhadap kasus yang melilit PKS," tuturnya.