Ahad 03 Mar 2013 18:12 WIB

Potensi Suara Pemilih Muda Sangat Besar

Rep: Fenny Melisa/ Red: Nidia Zuraya
Sejumlah Ketua umum Partai berfoto bersama dengan membawa no urut usai Pengundian nomor urut parpol peserta Pemilu 2014 di Kantor KPU, Jakarta, Senin (14/1).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Sejumlah Ketua umum Partai berfoto bersama dengan membawa no urut usai Pengundian nomor urut parpol peserta Pemilu 2014 di Kantor KPU, Jakarta, Senin (14/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Center for Election and Political Party (CEPP) FISIP UI Reni Suwarso menuturkan besar peluang pemilih muda untuk memberikan suara pada pemilu 2014 nanti. "Besar sekali potensi dari para pemilih muda ini. Ada sekitar 53 juta lebih pemilih muda usia 17-29 tahun yang akan memilih pada 2014 nanti," kata Reni kepada ROL, Ahad (3/3).

Reni mengungkapkan terdapat 29 juta dari pemilih muda yang merupakan pemilih pertama (first voters). Karena itu menurutnya pendidikan politik mengenai pemilu sebagai salah satu sistem politik perlu diberikan kepada para pemilih pertama. "Pendidikan politik mengenai pemilu penting diberikan untuk pemilih pertama agar mereka tidak keliru menentukan pilihan," kata Reni.

Pendidikan politik tentang pemilu pada pemilih pertama, Reni mengatakan, diarahkan bukan untuk memilih salah satu kandidat tapi diarahkan agar para pemilih pertama melihat substansi program yang diusung kandidat.

Apalagi, lanjut Reni, swing voters atau pemilih mengambang dari pemilih pertama di Indonesia cukup besar. "Identifikasi partai oleh masyarakat kita rendah. Artinya para pemilih pertama tidak berorienetasi ke satu partai tertentu dan seringkali pilihannya irrasional. Karena itu pendidikan politik mengenai pemilu penting diberikan pada pemilih pertama agar mereka memilih dengan  rasional dan tidak termakan pencitraan seperti yang terjadi pada 2009 lalu," tutur Reni.

Reni menambahkan para pemilih pertama juga berpotensi untuk menjadi golput karena umumnya pemilih pertama cendrung apatis terhadap perpolitikan Indonesia. "Pemilih pertama mereka malas menggunakan suaranya di TPS karena kondisi politik Indonesia yang gonjang ganjing dan penuh konflik, juga kasus korupsi yang tidak selesai. Ini cukup membuat pemilih pertama alergi terhadap politik pemilu," kata Reni.

Jika dibiarkan sebagian dari 50 juta pemilih pertama golput, Reni menuturkan, maka legitimasi pemilu 2014 tidak bisa dipertanggungjawabkan. "Legitimasi akan kurang bisa dipertanggungjawabkan jika pemilih pertama tidak menggunakan suaranya. Lebih bahaya lagi jika pemilih pertama ini salah memilih," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement