REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Ratusan ekor ayam dan bebek di Kabupaten Ogan Ilir (OI) mati mendadak. Kejadian di tiga desa tersebut mendapat perhatian serius dari Dinas Perikanan dan Peternakan setempat.
Kepala Seksi Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Perikanan dan Peternakan Ogan Ilir drh Laily, Kamis (10/1) mengatakan, dari data sementara di lapangan ada lebih dari ratusan ekor unggas yaitu ayam dan itik mati mendadak di Desa Indralaya Raya, Sakatiga, Kecamatan Indralaya Selatan dan di Desa Purna Jaya, Kecamatan Indralaya Utara.
Menurut Laily, Dinas Perikanan dan Peternakan OI sudah turun ke lokasi dan melakukan test. “Dari hasil test negatif unggas tersebut mati karena terserang virus H5N1 atau flu burung. Tetapi tetap akan dilakukan test lebih lengkap untuk memastikan penyebab kematian tersersebut,” katanya.
Kepala Seksi Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Perikanan dan Peternakan OI menjelaskan, bahwa kabupaten yang berbatasan dengan Kota Palembang tersebut memang termasuk kawasan endemis dan berpotensi terserang virus H5N1.
“Sebab, setiap tahun di sinia pasti terdapat unggas peternak yang mati mendadak,” tambahnya.Terhadap hewan yang mati, tim Dinas Perikanan dan Peternakan OI telah memusnahkan unggas yang mati dengan cara dibakar lalu ditimbun di dalam tanah.
“Untuk antisipasi penyebaran virus flu burung, tim telah turun ke lapangan dengan memeriksa kandang peternak dengan memberikan penyuluhan pencegahan neklakui penyemprotan dengan disinfektan,” tambah Laily.
Menurut warga Desa Purna Jaya Kecamatan Indralaya Utara, unggas yang mati di desa mereka hampir terjadi setiap hari. Dalam satu hari bisa ada unggas bisa mati sampai 10 ekor. Kejadian ayam atau itik mati mendadak sudah terjadi sejak akhir Desember.
Guna mencegah terjadinya penyebaran virus H5N1 yang datang dari luar Sumsel mengingat Kabupaten Ogan Ilir merupakan daerah perlintasan pengiriman unggas dari Lampung, menurut Laily Dinas Perikanan dan Peternakan melakukan proteksi terhadap unggas yang masuk ke daerah ini.