Sabtu 15 Dec 2012 05:30 WIB

Gaya Ngayogyakarto Masuk Muatan Lokal

Rep: Yulianingsih/ Red: Indah Wulandari
  Seorang pengunjung mengamati koleksi batik yang dipamerkan di Gedung Kesenian Koesnadi Hardjosoemantri, UGM, Yogyakarta, Senin (1/10).
Foto: Noveradika/Antara
Seorang pengunjung mengamati koleksi batik yang dipamerkan di Gedung Kesenian Koesnadi Hardjosoemantri, UGM, Yogyakarta, Senin (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Tiga ragam budaya yang dimiliki masyarakat Yogyakarta akan masuk menjadi kurikulum muatan lokal (Mulok) pada tahun ajaran 2013/2014 mendatang.

Ketiga budaya ini adalah Bahasa Jawa, Karawitan dan Batik. "Semua sudah disusun secara lengkap, dan sudah kita ajukan ke Jakarta. Yang kita ajarkan adalah Gaya Ngayogyakarto," tegasnya.," terang Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Edy Hery Suasana, Jumat (14/12).

Sekolah di Yogya nanti dibebaskan untuk memilih salah satu dari tiga mulok tersebut. Namun, sekolah juga boleh memilih dua atau tiga sekaligus. Diakuinya, penerapan ketiga budaya di kurikulum 2013 di Yogyakarta ini dilakukan sebagai upaya pendidikan karakter bagi peserta didik. Selain itu juga sebagai implementasi UU Keistimewaan DIY.

"Yogyakarta banyak sekali sarjana seni baik batik, karawitan maupun bahasa Jawa," tambahnya.

Namun, kata dia, budaya Jawa yang akan diajarkan disekolah melalui mulok tersebut akan dikonsentrasikan untuk gaya Yogyakarta saja. Pasalnya, Bahasa Jawa Yogya dengan Solo dan daerah lain berbeda, Seni Karawitan dan Batik juga demikian.

Untuk mendukung pendidikan budaya melalui Mulok ini, sekolah di Yogyakarta sudah mulai melakukan pengadaan gamelan. Dari jumlah sekolah yang ada tingkat SMA sudah 60 persen sekolah yang memiliki perangkat Gamelan tersebut. Untuk tingkat SMP dan SD, perangkat gamelan juga sudah banyak yang memiliki.

Penerapan mulok berbasis budaya ini kata Edy, juga dilakukan agar peserta didik tidak tercerabut dari akar budayanya sendiri meskipun sudah menjadi sekolah berkelas internasional. "Banyak sekolah di Yogya yang sudah go internasional jadi ini salah satu upaya kita agar budaya khas daerahnya tetap dikenal," tambahnya.

Festival Anak Negeri

Sementara itu terkait dengan pendidikan budaya ini, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta bekerjasama dengan SMAN I setempat menggelar festival anak negeri di halaman SMAN I Yogya pada Senin (17/12) mendatang.

Menurut Edy, kegiatan ini sangat kental akan kearifan lokal Yogyakarta. "Melalui kegiatan ini, peserta didik akan semakin mengenal budaya mereka sendiri," tegasnya.

Ketua Panitia Aris Priyanto mengatakan, festival ini akan melombakan beberapa kegiatan antara lain lomba menumbuk padi, lomba lantunan lagu pengiring ilir-ilir serta lomba cipta kreasi permainan tradisional. Seluruh perlombaan tersebut dipertandingkan antar SMA se-nusantara. Ditargetkan, masing-masing perlombaan akan diikuti oleh 300 pelajar.

Hingga saat ini, panitia masih membuka pendaftaran dan ditunggu hingga Sabtu (15/12) hari ini. "Semua pendaftaran gratis atau tidak dipungut biaya," jelasnya.

Dalam perlombaan ini, panitia juga menyediakan berbagai hadiah. Masing-masing perlombaan diambil 3 terbaik dengan juara I mendapat Rp 1 juta, juara II Rp 750 ribu dan juaran III Rp 500 ribu.

Kepala Sekolah SMAN 1 Yogyakarta, Zamroni mengungkapkan, Festival Anak Negeri dijadwalkan akan digelar tiap tahun. Diharapkan kegiatan ini menjadi media untuk membentuk karakter anak didik terhadap budaya lokal yang ada di Yogyakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement