Rabu 17 Oct 2012 19:38 WIB

Partai Islam Harus Perjuangkan Umat

Rep: Mansyur Faqih/ Red: Hazliansyah
Partai Islam
Partai Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei sejumlah lembaga menyebutkan citra partai berbasis Islam mengalami penurunan. Satu cara yang dianggap terbaik agar partai berbasis Islam dapat berkompetisi di pemilu mendatang, yakni dengan mengubah citra di tingkat pemilih.

"Kalau sekarang, kemerosotan itu karena partai Islam tidak memperjuangkan umat. Sehingga orang islam sebagian besar tidak terlalu memperhitungkan partai Islam,’’ kata pengamat politik LIPI, Indria Samego ketika dihubungi Rabu (17/10).

Apalagi, lanjutnya, saat ini di dalam partai nasionalis itu sudah ada faksi-faksi Islam. Sehingga ada ruang bagi aspiprasi umat Islam di partai-partai tersebut. Seperti Partai Golkar dan Demokrat yang banyak diisi kelompok Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Bahkan, disebutnya, hingga PDI Perjuangan pun kini memiliki ruang itu.

Makanya, cetus dia, masa depan partai berbasis Islam itu ada pada politisinya sendiri. Apakah mau berjuang untuk kepentingan umat atau hanya semata bekerja untuk kepentingan pribadi.

"Kalau saya melihatnya, mereka hanya menjadikan partai Islam sebagai kendaraan politik. Lama-lama masyarakat pun punya informasi yang sama dengan pengamat,’’ tegas dia.

Indria pun menyayangkan fenomena semakin banyaknya masyarakat yang tidak percaya terhadap partai politik, khususnya yang berbasis Islam. Pasalnya, di Indonesia partai politik didirikan sebagai upaya meningkatkan kualitas demokrasi. Termasuk untuk mempercepat proses transisi dari rezim otoriter.

Apalagi dari sisi ketokohan partai berbasis Islam saat ini terbilang sangat kurang. Pada masa reformasi saja, lanjutnya, masih ada tokoh sekelas Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang mengikat Nahdatul Ulama dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Serta Amin Rais untuk Muhammadiyah dan Partai Amanat Nasional (PAN).

 

"Memang tokoh penting, apalagi tidak ada tokoh. Sekarang tanpa Gus Dur, daya tarik umat terhadap Muhaimin itu bagaimana? Apalagi Muhaimin itu menurut saya lebih mencerminkan antek SBY. Tak ada selling point," tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement