REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI -- Curiga anaknya tewas dibunuh, seorang ibu melapor ke polisi. Sang ibu ingin mencari penyebab kematian putranya.
Korban pun diotopsi, setelah satu bulan dimakamkan. Korban bernama Novan Kustian (22 tahun), warga Jalan Lapang Tembak Gang Mekarsari 5 RT 05 RW 07 Nomor 121, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi.
Ia meninggal dunia pada 6 April 2012, dengan laporan dari sejumlah kerabat karena kecelakaan lalu lintas. Ibu korban, Lestari (39), mengaku curiga dengan laporan tersebut.
Menurut dia, luka yang didera anaknya saat wafat seperti bukan akibat insiden kecelakaan. Sebaliknya, lebih seperti dianiaya sekelompok orang. "Dia (Novan) sepertinya dibunuh seseorang," katanya, Senin (14/5).
Kejanggalan itu terlihat dari luka sayatan di sekitar kantong mata sebelah kiri korban. Tidak hanya itu, Lestari juga melihat jempol tangan kiri anaknya hampir putus, sebagian giginya patah, dan luka seret di bagian kaki kiri dari telapak hingga pinggul.
Sebelum meninggal dunia, Lestari mendapat laporan warga jika anaknya tengah kritis di Rumah Sakit Dustira, Kota Cimahi. Warga mengaku Novan ditemukan di belakang rumah sakit tersebut, sekitar pukul 02.00 dinihari. Namun nyawa korban tak terselamatkan, dan menghembuskan nafas terakhir sejam kemudian.
Kecurigaan Lestari juga mengarah dari kesaksian kerabat korban, Ginanjar (23), yang mengaku pergi bersama korban sebelum meninggal dunia. Menurut dia, pihak keluarga tak mengetahui jika Ginanjar pergi bersama Novan. Selain karena Ginanjar diketahui bukan teman dekat, ia juga tidak ditemukan saat Novan sekarat di rumah sakit.
Lebih lanjut, pria yang kerap disapa Ogin itu mengaku menumpangi Novan saat kecelakaan terjadi. Sepeda motornya ditabrak mobil minibus dari belakang, dan membuat Novan terpental.
"Namun sepeda motornya tak apa-apa. Ogin juga tak mengalami luka berat," ujar Lestari. "Penjelasan Ginanjar pun semakin membuat kejanggalan karena keterangannya bersimpangan dengan bukti-bukti yang ada. Bahkan, orang tuanya sempat mengajukan surat perdamaian dengan uang duka sebesar Rp 1 juta. "Ini sangat mencurigakan," katanya.
Lestari berharap, otopsi bisa membantunya mencari penyebab kematian kakak dari empat orang adik itu. Jika hasilnya diketahui karena dianiaya, ia beserta keluarga tak segan untuk menempuh jalur hukum. Sementara proses autopsi tengah dilangsungkan oleh tim forensik Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
Tetangga korban, Suharti mengaku Novan merupakan pribadi yang sopan. Ia pun sedih melihat mantan karyawan swasta tersebut meninggal dunia dengan cara yang mengenaskan. "Mudah-mudahan dengan autopsi penyebabnya jadi ketahuan," kata dia.