REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Menteri Sosial, Salim Segaf Al-Jufri mengaku prihatin dengan pembakaran foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden, Boediono oleh para pendemo saat menggelar aksi unjuk rasa penolakan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi di Garut, Jawa Barta. Menurut Salin, aksi tersebut kurang beretika dalam kehidupan masyarakat di tanah air.
Mengatakan usai apel Tagana di Bumi Perkemahan Cadika Pramuka Gedung Johor Medan, Rabu (28/3), Mensos mengatakan, kegiatan membakar foto presiden tersebut belum pernah dilakukan di negara lain yang lebih kuat nuansa demokrasinya. "Tidak ada yang membakar (foto) pemimpinnya," kata Mensos berusia 57 tahun ini.
Seharusnya, kata dia, masyarakat dapat menyelesaikan perbedaan pendapat dengan dialog sebagaimana aturan yang berlaku. Apalagi jika dikaitkan dengan tujuan pemerintah yang memberlakukan kebijakan tertentu untuk kebaikan dan kemaslahatan yang lebih besar. "Para pemimpin pasti memberikan yang terbaik bagi rakyatnya," ucap menteri asal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Jika dialog tersebut belum menghasilkan kesepakatan, masyarakat dan mahasiswa dapat menyampaikan perjuangan melalui wakilnya di DPR. Pihaknya khawatir, perilaku membakar foto presiden akan terus terjadi sehingga dapat menjatuhkan wibawa pemimpin negara.
Pihaknya berharap, seluruh lapisan masyarakat di tanah air dapat menjaga semangat kebersamaan dan kebhinekaan yang menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. "Jangan rubuhkan 'pancang' yang sudah kita pasang sendiri," pinta Mensos kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 17 Juli 1954 itu.
Sebelumnya, kelompok mahasiswa yang tergabung dalam Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) membakar foto gambar Presiden SBY dan Wapres Boediono ketika berunjuk rasa menolak kenaikan harga BBM di bundaran Jalan Simpang Lima, Kabupaten Garut, Rabu (28/3). Sebelum dibakar foto dua pemimpin Indonesia itu diinjak-injak bersama-sama di tengah jalan.
Setelah foto itu kotor dan sobek, mahasiswa membakarnya bersama dengan boneka yang dibuat dari kertas koran dan bambu. Aksi membakar gambar kepala negara itu dilakukan dihadapan aparat kepolisian yang sedang bersiaga melakukan pengawalan unjuk rasa.