Selasa 01 Nov 2011 23:11 WIB

JK: Bangsa Indonesia Perlu Tingkatkan Nilai Tambah Produk

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Mantan Wapres Jusuf Kalla (JK) menilai bangsa Indonesia perlu meningkatkan nilai tambah dari produk yang ada agar Indonesia menjadi negara maju. "Untuk nilai tambah itu membutuhkan teknologi dan semangat untuk maju, sebab kita sebenarnya sudah maju, walau masih belum semaju negara lain," katanya di Surabaya, Selasa.

Ketua Umum PMI tersebut mengemukakan hal itu saat berbicara di hadapan ratusan mahasiswa dalam acara "Indonesia Better (Rossy Silalahi Goes to Campus)" di Grha ITS Surabaya yang juga dihadiri Direktur PT Tjiwi Kimia Edwin Suryalaksana.

Menurut dia, bila bangsa Indonesia belum semaju bangsa lain bukan berarti kalah dalam sumber daya manusia (SDM), apalagi sumber daya alam (SDA) juga sangat mendukung, kecuali teknologi dan semangat yang kurang.

"Kalau kita punya semangat untuk maju, maka kita bisa maju. Buktinya, kita mampu swasembada beras pada tahun 2008, padahal sebelumnya kita impor beras. Masalahnya, kita cuma membutuhkan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan semangat untuk maju," katanya.

Contoh lain, kata Duta Besar Pulau Komodo itu, Indonesia mampu melakukan ekspor emas senilai 10 miliar dolar AS, namun nilai tambahnya masih perlu ditingkatkan untuk unggul. Dalam kesempatan itu, Rossy Silalahi yang memandu acara menegaskan bahwa optimisme yang dicontohkan Jusuf Kalla perlu dijadikan pemicu semangat generasi muda.

"Media massa yang menampilkan pesimisme jangan disalahkan, tapi dijadikan bahan koreksi dan penyemangat untuk maju. Kalau ada Nazaruddin, maka Nazaruddin hanya ada satu dan kita harus tertantang untuk membuktikan bahwa Nazaruddin benar-benar hanya satu dan kita tidak begitu," katanya.

Optimisme JK yang juga pengusaha itu dibenarkan Direktur PT Tjiwi Kimia Edwin Suryalaksana, karena bangsa Indonesia sebenarnya memiliki kemampuan untuk maju. "Tjiwi Kimia sudah mampu ekspor kertas ke seluruh dunia hingga 80 persen dari seluruh produknya, sehingga Indonesia sekarang menduduki posisi ketiga dalam industri kertas terbesar di dunia," katanya.

Bahkan, "paper bag" untuk sejumlah produk bermerk seperti Carvil yang ada di sejumlah toko di Amerika, Eropa, dan negara-negara maju lainnya merupakan buatan PT Tjiwi Kimia di Mojokerto, Jatim, Indonesia.

"Jadi, kita sebenarnya mampu bila kita mempunyai kemauan untuk maju, disiplin dalam bekerja, dan mau belajar, maka kita akan mampu, bahkan Indonesia menjadi nomer satu di dunia untuk industri kertas dalam satu kompleks mulai dari percetakan hingga pengemasan," katanya.

Tentang tuduhan industri Indonesia yang merusak lingkungan seperti disuarakan Green Peace, ia menilai hal itu sudah tidak mungkin terjadi, karena bahan kertas yang dulunya mengambil dari hutan, sekarang diambil dari hutan industri lestari.

"Kalau kita merusak lingkungan terus menerus, maka bahan kertas akan habis dan industri akan bangkrut. Kalau Green Peace mengeritik ya harus fair, jangan mengeritik industri di Indonesia, tetapi industri di Amerika sendiri dibiarkan," katanya.

Menjelang akhir acara, Jusuf Kalla menodong pengusaha nasional asal Jatim, Alim Markus, untuk membantu mahasiswa ITS yang mampu menciptakan mobil hemat bahan bakar (Sapu Angin) dan mobil berbahan bakaer energi alternatif (Spectronics) untuk menjadikan sebagai industri mobil buatan Indonesia.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement