Senin 20 Jun 2011 16:47 WIB

Hasyim Muzadi: Masalah TKI bisa Hantam SBY dan Pemerintahannya

Rep: Rahmat Santosa Basarah/ Red: Krisman Purwoko
KH Hasyim Muzadi
KH Hasyim Muzadi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pengasuh pondok pesantren Al Hikam depok, KH Hasyim Muzadi menegaskan bahwa permasalahan TKI bisa menghantam Presiden SBY dan pemerintahannya. . ''Ini warning ke SBY apakah mampu menyelesaikan ataukah tidak . Apabila mampu, Alhamdilillaah . Tapi kalau tidak bisa ,akan menjadi masalah besar di belakang hari yang menghantam SBY dan pemerintahnya,'' tegas Kiai Hasyim dalam siaran pers yang diterima Republika di Jakarta, Senin (20/6).

Dikatakan Kiai Hasyim bahwa pada masa pemerintahan Presiden Gus Dur, Siti Zaenab pada tahun  1999 selamat dari hukuman mati karena Gus Dur menelepon sendiri Raja Saudi minta pengampunan dalam diplomasi tingkat tinggi. ''Pada jaman  SBY kita sulit mengharapkan diplomasi tingkat tinggi seperti ini. Karena SBY tidak biasa menyelesaikan masalah yang berisiko. Yang biasa dilakukan adalah menjaga jarak dengan masalah, agar pribadinya tidak terkena masalah. Toh rakyat akan lupa "masalahnya" dengan tumpukan masalah yang lain,'' tegas mantan Ketua Umum PBNU ini.

Menurut Kiai Hasyim, saat ini tidak ada  satu negara miskinpun di dunia saat ini yang mengirimkan TKI Pembantu Rumah Tangga (PRT) ke Arab Saudi. Pasalnya, negara-negara lain  tahu benar bagaimana budaya pada umumnya majikan Saudi terhadap pembantu rumah tangga perempuan . ''Indonesia sebagai satu-satunya pengirim TKI PRT menjadi ejekan negara-negara miskin lainnya sebagai tidak punya malu dan tidak punya harga diri,'' papar Kiai Hasyim.

Ditambahkan Kiai hasyim, jika Presiden SBY terus menerus menghindari persoalan, justru akan dianggap tidak bertanggungjawab terhadap keselamatan negara dan rakyat.  ''Padahal SBY sangat care dan berang terhadap sms yang mencerca dirinya. Sekalipun sms itu gelap dan tidak jelas. Ini, bagaimana masalah yang terang benderang tidak kelihatan,'' tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement