REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Sejumlah supir truk barang yang melintas di jalan lintas tengah Sumatra mengeluhkan pungutan liar (pungli) baru oleh oknum aparat dan preman. Setiap truk yang melintas di jalur alternatif pasca ditutupnya jembatan berkisar Rp 5.000 hingga Rp 10.000.
Truk yang berasal dari Sumatra Selatan, Jambi, dan Bengkulu, kerap menjadi incaran oknum petugas dan preman setempat, saat mereka melintas jalur pengalihan menuju Lampung dan pulau Jawa. Oknum dan preman ini, tak segan-segan mendekati truk untuk meminta jatah lewat jalan baru.
"Terpaksa kami beri Rp 5.000 sekali lewat. Soalnya, khawatir dengan barang kami," tutur Fandi, supir asal Lahat, Sumatra Selatan, Selasa (19/4). Menurut dia, rata-rata yang mengutip uang truk ini warga atau preman suruhan.
Ia mengeluh sikap diam aparat dinas dan kepolisian terhadap aksi pungli tersebut. Padahal, jalan tersebut resmi atas pengalihan dari jembatan yang rusak parah dan ditutup pemerintah.
Suripto, supir truk angkutan bahan makanan, mengatakan sudah tiga kali dirinya melintas di jalur baru, baru dua kali ada preman yang mengutip uang kepada supir. "Barangkali pada waktu awal ditutupnya jalan lintas Sumatra warga belum tahu," ceritanya.
Aksi pungli ini terus berlangsung hingga jalan lintas Sumatra dibuka kembali untuk umum. Bisa dikalkulasi bila sehari oknum dan preman mengutip uang haram rata-rata Rp 5.000 per truk dikalikan sekitar 50-100 truk sehari semalam.
Jembatan Way Besai, di Kecamatan Baradatu, Kabupaten Waykanan, Lampung, rusak setelah tiang pangkalnya ditabrak truk tronton bermuatan 30 ton batubara, Sabtu (9/4) lalu. Karena kerusakan cukup parah akhirnya jalur ini ditutup total. Kendaraan dialihkan ke jalur alternatif melalui jalan pemukiman penduduk.