Ahad 01 Mar 2020 10:53 WIB

2 Tahun Operasi, Suroboyo Bus Disebut Sarana Rekreasi

Wakil ketua DPRD Surabaya menyatakan Suroboyo Bus belum jadi solusi transportasi.

Suroboyo Bus. Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti menilai Suroboyo Bus masih lebih menjadi sarana untuk rekreasi daripada solusi transportasi.
Foto: Antara/Didik Suhartono
Suroboyo Bus. Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti menilai Suroboyo Bus masih lebih menjadi sarana untuk rekreasi daripada solusi transportasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pimpinan DPRD Kota Surabaya menilai keberadaan transportasi massal berupa Suroboyo Bus masih lebih menjadi sarana untuk rekreasi. Bus yang sudah hampir 2 tahun beroperasi di Kota Pahlawan, Jawa Timur, itu belum menjadi solusi transportasi. 

"Sampah plastik yang diperoleh dari tiket Suroboyo Bus di hari libur (akhir pekan) lebih banyak daripada hari kerja," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti di Surabaya, Ahad (1/3).

Baca Juga

Data Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya menunjukkan penumpang Bus Suroboyo pada hari kerja sekitar 2.300 orang dan akhir pekan ketambahan 300-an orang. Menurut Reni, pada saat dirinya mencoba empat hari berturut-turut naik Suroboyo Bus di hari kerja, ada penumpang yang memang rutin naik bus dan merasakan manfaat bus sebagai alat transportasi.

Namun, beberapa orang yang mengaku baru naik karena ingin mencoba, ada juga penumpang lansia naik bus untuk rekreasi bersama cucunya. "Artinya beberapa penumpang saat hari kerja pun menggunakan bus juga untuk rekreasi," kata politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.

Reni mengatakan salah satu kendala peminat Suroboyo Bus adalah karena sistem pembayarannya hanya menerima sampah plastik. Sementara, warga yang tidak punya/bawa botol plastik bekas tidak mendapatkan layanan transportasi.

Sistem pembayaran tersebut dinilai tidak fleksible dan tidak efektif. "Mengapa Suroboyo Bus hanya menerima sampah plastik berupa botol plastik atau gelas plastik dan tidak dapat menerima pembayaran lainnya termasuk uang tunai? Pelat bus yang masih merah membuat pemkot tidak bisa menarik pembayaran kepada penumpang," katanya.

Alasan Pemkot Surabaya, lanjut dia, tidak menarik biaya agar warga terbiasa naik bus pun menjadi tidak relevan. Karena nyatanya, warga pun tidak bisa dengan mudah naik bus karena mesti ngumpulkan sampah plastik terlebih dahulu.

"Kenakan saja tarif super murah semisal Rp1.000 untuk pelajar Rp.2.000 untuk umum jika dengan pasang tarif khawatir akan membebani warga," ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, perlu ada kebijakan untuk memberi tiket khusus kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan kelompok tertentu seperti bunda PAUD, kader Bumantik, kader PKK, pengurus RT/RW/LPMK, karang taruna dan lainnya. Hal ini, menurut Reni, bisa diterapkan untuk memikat banyak warga beralih ke Suroboyo Bus saat hari efektif bukan hari libur.

"Target outcome kebijakan yang dicapai adalah meningkatnya jumlah warga yang terbiasa menjadikan Suroboyo Bus sebagai pilihan bertransportasi," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement