REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Komunitas Nol Sampah menilai Kota Surabaya, Jawa Timur membutuhkan Peraturan Wali Kota (Perwali) tentang pembatasan plastik sekali pakai. Komunitas ini pun berharap Pemkot Surabaya segera mengeluarkan Perwali tentang pembatasan pemakaian plastik sekali pakai.
Menurut Koordinator Nol Sampah Wawan Some, pada Ahad (23/2), sampah plastik dari tahun ke tahun terus meningkat. Dari 67 juta ton sampah yang dihasilkan pendudukan Indonesia per tahun, 5,4 juta ton adalah plastik.
Sumber plastik beragam, tetapi satu fakta menyebutkan sekitar 43,4 persen dari plastik di Indonesia dipergunakan sebagai kemasan. Setiap orang di Indonesia, kata dia, membuang 700 sampah tas kresek per tahun (greeneration Indonesia, 2010).
Selain itu, satu fakta lagi, konsumsi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) terus meningkat 10 persen per tahun. Satu liter AMDK membutuhkan sekitar 38 gram plastik PET dan 2 gram plastik HDPE untuk tutupnya.
Konsumsi AMDK tahun 2013 sekitar 23,1 miliar liter berarti butuh sekitar 850.000 ton plastik. Kota Surabaya dengan penduduk mencapai 3,1 juta jiwa sampah plastik dari tahun ke tahun terus meningkat.
Hasil penelitian Yulinah Trihadiningrum (2012) menyebut sampah permukiman di Surabaya sejak tahun 1988 hingga 2010 terjadi peningkatan jumlah sampah plastik sebanyak dua kali lipat selama dua dekade. Sehari sampah plastik di Surabaya mencapai 400 ton per hari.
Dengan jumlah penduduk 3 juta jiwa maka jumlah tas kresek yang dibuang di Surabaya mencapai 2,1 miliar. Kurang dari 15 persen yang bisa didaur ulang dan sisanya menumpuk di TPA Benowo, atau dibuang ke lahan kosong dan masuk ke sungai lalu bermuara di laut.
Komunitas Nol Sampah melakukan saat kampanye diet plastik terkait Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) di acara Car Free Day Jalan Darmo Surabaya, Ahad (23/2). Kampanye diet plastik tersebut melibatkan 75 orang dari Bonek Garis Hijau, siswa SMP 18, SMP SAIMS dan the body shop community.
Mereka melakukan kampanye dengan cara merampok tas kresek pengunjung CFD atau taman Bungkul dan ditukar dengan tas kain yang bisa dipakai berulang kali. Menurut Wawan, selama proses penukaran akan ada edukasi dari relawan tentang mengapa harus diet tas kresek.
Tentang tas kresek yang menyangkut bahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. "Harapannya ini akan membiasakan warga Surabaya untuk memakai tas yang bisa dipakai berulang kali," ujarnya.