Jumat 05 Dec 2025 20:46 WIB

Kemenkes ‘Tancap Gas’ Kirim Obat dan Alat Kesehatan ke Sumatera

Total faskes yang terdampak bencana Sumatera yaitu 31 rumah sakit dan 156 puskesmas.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Tumpukan kayu terlihat memenuhi aliran Sungai Gultom di Kampung Rambutan, Desa Tukka, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Kamis (4/12/2025). Hari kesembilan bencana banjir di Tapanuli Tengah, Kampung Rambutan di Desa Tukka masih terendam banjir. Tumpukan kayu terlihat memenuhi Sungai Sigultom yang membuat aliran air meluber ke jalan. Upaya warga untuk membersihkan rumahnya dari lumpur terkendala peralatan dan tebalnya ketinggian lumpur yang menimbun rumah mereka.
Foto: Edwin Putranto/Republika
Tumpukan kayu terlihat memenuhi aliran Sungai Gultom di Kampung Rambutan, Desa Tukka, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Kamis (4/12/2025). Hari kesembilan bencana banjir di Tapanuli Tengah, Kampung Rambutan di Desa Tukka masih terendam banjir. Tumpukan kayu terlihat memenuhi Sungai Sigultom yang membuat aliran air meluber ke jalan. Upaya warga untuk membersihkan rumahnya dari lumpur terkendala peralatan dan tebalnya ketinggian lumpur yang menimbun rumah mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengupayakan pelayanan kesehatan bagi warga yang terdampak bencana hidrometeorologi di wilayah Sumatera tetap berjalan. Fokus utama penanganan saat ini adalah distribusi logistik kesehatan vital serta penguatan koordinasi, termasuk dengan fasilitas kesehatan (faskes) swasta yang tidak terdampak.

Wakil Menteri Kesehatan Benjamin Paulus mengatakan upaya itu karena banyaknya fasilitas kesehatan yang terdampak bencana hidrometeorologi yang menimpa tiga provinsi itu. "Total faskes yang terdampak itu 31 rumah sakit, 156 puskesmas dengan rincian Aceh 13 rumah sakit, puskesmasnya 122. Lalu Sumatera Utara 18 rumah sakit dan 22 puskesmas, dan Sumatera Barat 9 puskesmas," kata dia di Jakarta, Jumat (5/12/2025).

Baca Juga

Dia mengatakan, pihaknya sudah melakukan pendataan yang terkoordinasi untuk memastikan bahwa bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Untuk setiap provinsi terdampak, katanya, dibentuk pusat krisis kesehatan (HOEC) untuk membantu alur distribusi obat-obatan dan alat kesehatan.

Dia mencontohkan, sejumlah daerah butuh konsentrator oksigen. Kemudian, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pertamina untuk suplai tenaga untuk memastikan RS milik pemerintah bisa mengoperasikan layanan oksigen itu, dan agar fasilitas tertentu tetap bisa berjalan.

Jika tidak ada tenaga, kata Benny, suplai darah dan vaksin bisa rusak, dan hal itu tidak boleh terjadi. "Jadi ada genset khusus yang nyala hanya bank darah yang datang. Lainnya gelap gulita semua. Pokoknya mereka melakukan oksigen supaya masih ada pasien yang di ruang rumah sakit masih bisa tertolong," katanya.

Kemudian, katanya, mereka juga mendukung RS swasta agar warga terdampak tetap mendapatkan perawatan. Sebagai contoh, di Langkat, Sumatera Utara, daerahnya terendam banjir.

"Jadi kita punya cara kerja, kita men-support rumah sakit swasta yang posisinya tidak terkena bencana. Jadi saling bantu, jadi pasien yang dari RS Tanjung Pura, dilarikan ke RS Putri Bidadari," kata dia.

Dia bersyukur karena RS Putri Bidadari adalah RS tipe B yang memiliki kapasitas lebih dari 300 kasur. Dalam kesempatan itu, Benny mengatakan, total yang mengungsi akibat bencana ini sebanyak 847.925 jiwa, dengan jumlah pengungsi terbanyak di Aceh, 788.586 pengungsi. Banyaknya pengungsi karena banyak jalan yang terputus.

Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes Lucia Rizka Andalusia mengatakan, pihaknya mengirimkan sejumlah obat untuk menangani penyakit yang sering muncul pada saat banjir, contohnya batuk pilek, demam, penyakit kulit. Selain itu, katanya, pihaknya juga memastikan suplai untuk pengobatan penyakit kronis, contohnya kebutuhan untuk cuci darah atau hemodialisa karena cuci darah tidak bisa ditunda. Hal tersebut karena gudang farmasi di tingkat kabupaten terdampak oleh bencana.

Rizka mengatakan, pihaknya juga mengirimkan serum antitetanus (ATS) untuk pencegahan infeksi, mengingat banyaknya yang terluka karena tergores material seperti seng dan paku. "Sampai saat ini, semua perbekalan kesehatan, khususnya obat-obatan dan bahan medis habis pakai, tercukupi dan bisa didistribusikan. Tentunya nanti secara rutin kita melihat ya, dalam seminggu ke depan, kalau memang masih dibutuhkan supply, kita supply terus," kata dia.

Hidayat, warga Desa Lhok Ang, menjelaskan soal tumpukan gelondongan kayu yang hanyut bersama banjir bandang di tepi Daerah Aliran Sungai (DAS) Meureudu, Pidie Jaya, Aceh, Selasa (2/12/2025).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement