Sabtu 01 Nov 2025 07:55 WIB

Ini Jejak Pesawat Tempur Siluman China yang Bikin Ketar-ketir AS

China memasukkan Chengdu J-20 sebagai bagian dari kekuatan militernya.

Jet Tempur China (ilustrasi)
Foto: CCTV via AP
Jet Tempur China (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China memilih hati-hati dalam menjual jet tempurnya mengingat beragam kecanggihan dimiliki pesawa militer itu. China tak ingin jet ini jatuh ke tangan yang salah.

Salah satu pesawat tempur canggih China adalah Chengdu J-20 yang bikin ketar-ketir AS dan Barat. Pesawat ini disebut telah mengubah dominasi kekuatan udara yang selama ini dikuasai oleh AS dan sekutu. 

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

Seperti dilansir dari laman Xinhua, Chengdu J-20 "Mighty Dragon" berdiri sebagai pusat transformasi udara Tiongkok. Dulu, jet ini dirancang sebagai pencegah terhadap pesawat siluman AS dan sekutunya. Tap sekarang pesawat ini kini telah berkembang menjadi armada pesawat tempur generasi kelima non-Barat terbesar di dunia.

Penilaian terkini mengonfirmasi bahwa hingga Oktober 2025, lebih dari 300 J-20 telah keluar dari jalur perakitan Chengdu Aerospace Corporation, dengan mayoritas telah terintegrasi ke dalam layanan aktif PLAAF (Tentara Udara China) di berbagai komando.

Tonggak sejarah yang luar biasa ini tidak hanya menandai kemenangan teknik kedirgantaraan Tiongkok, tetapi juga menjadi momen penentu dalam persaingan global untuk superioritas udara.

J-20 berawal di akhir tahun 1990-an di bawah program J-XX, sebuah inisiatif rahasia untuk melawan pesawat tempur canggih seperti F-22 Raptor dan F-35 Lightning II milik AS.

Dikembangkan oleh Chengdu Aerospace Corporation (CAC), prototipe ini pertama kali terbang pada Januari 2011, dan menandai masuknya Tiongkok ke dalam klub elit negara-negara yang memiliki pesawat tempur siluman.

Produksi awal berbiaya rendah dimulai pada 2015, dengan pengiriman skala penuh dimulai pada 2016 dan kemampuan operasional awal tercapai pada tahun 2017.

Pada 2018, pesawat tersebut mencapai kesiapan tempur penuh, beralih dari prototipe eksperimental menjadi mesin perang garis depan.

Titik balik yang krusial terjadi pada tahun 2019 ketika J-20 mengganti mesin AL-31F buatan Rusia dengan mesin seri WS-10 buatan dalam negeri, yang memungkinkan produksi massal berkelanjutan tanpa ketergantungan asing.

Kekuatan Indopasifik 

Pada tahun 2022, CAC telah mengoptimalkan proses perakitannya menggunakan teknologi produksi jalur pulsa, yang secara drastis meningkatkan throughput.

Evaluasi independen kini mengonfirmasi bahwa hingga akhir 2025, lebih dari 300 J-20 telah diproduksi, termasuk prototipe, badan pesawat uji, dan varian operasional.

Tonggak sejarah ini dirayakan secara terbuka di Changchun Air Show 2025, di mana J-20 ke-300 dipamerkan — sebuah penanda simbolis lompatan Tiongkok menuju produksi massal generasi kelima.

Antara pertengahan 2024 dan akhir 2025 saja, lebih dari 50 pesawat telah dikirimkan, menggarisbawahi skala dan kecepatan ekspansi industri Beijing.

Estimasi saat ini menunjukkan produksi tahunan antara 70 dan 100 unit, dengan beberapa proyeksi memperlihatkan produksi dapat mencapai 200 per tahun melalui perluasan fasilitas dan logistik yang efisien.

Jika momen saat ini berlanjut, inventaris J-20 Tiongkok dapat melebihi 500 unit pada tahun 2026 dan mendekati 1.000 pada 2030 — berpotensi melampaui jumlah gabungan F-22 dan F-35A yang digunakan Angkatan Udara AS.

Laju produksi J-20 yang pesat menyoroti disiplin industri dan alokasi sumber daya yang menopang ekosistem manufaktur pertahanan Tiongkok, di mana pabrik-pabrik digital dan kendali mutu berbantuan AI memastikan hasil yang konsisten.

Lebih lanjut, program J-20 telah menjadi tolak ukur integrasi di seluruh jaringan kedirgantaraan milik negara Tiongkok. Program ini menghubungkan entitas seperti AVIC, AECC, dan CETC dalam rantai pasokan tersinkronisasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam skala.

Para analis Tiongkok berpendapat bahwa tonggak sejarah ini menunjukkan kapasitas negara tersebut untuk mempertahankan produksi generasi kelima yang berkelanjutan tanpa ketergantungan asing, suatu prestasi yang sebelumnya dimonopoli oleh kekuatan Barat.

Yang terpenting, melampaui 300 unit telah mengangkat J-20 dari sekadar simbol aspirasi teknologi menjadi instrumen pencegahan strategis yang diproduksi secara massal, mendefinisikan ulang batas-batas kekuatan udara di Indo-Pasifik.

Meraih Kemandirian: Mesin WS-15 dan Kedaulatan Teknologi

Pengembangan mesin tetap menjadi elemen terpenting dalam upaya Tiongkok mencapai kemandirian dirgantara.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement