REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pejabat senior Hamas, Mohammed Nazzal, menjelaskan pihaknya berencana mempertahankan kendali keamanan penuh atas Gaza selama masa transisi.
Dalam wawancara eksklusif dengan Reuters dari Doha, Nazzal secara terbuka menyatakan Hamas tidak dapat berkomitmen untuk melucuti senjata. Hal ini menjadi sandungan rencana perdamaian AS yang telah disusun.
Nazzal, yang merupakan anggota politbiro Hamas, mengungkapkan kesediaan kelompoknya untuk gencatan senjata hingga lima tahun guna membangun kembali Gaza yang hancur.
Namun, ia menekankan bahwa jaminan masa depan sangat bergantung pada apakah rakyat Palestina diberikan "cakrawala dan harapan" yang jelas menuju negara yang berdaulat. Hamas inginkan kemerdekaan mutlak.
Kelompok perlawanan ini telah mengukir peran pentingnya sebagai bagian dari narasi besar perjuangan rakyat Palestina. Dengan semangat pantang menyerah, setiap langkah yang diambil merupakan bagian dari upaya kolektif untuk membebaskan diri dari belenggu pendudukan dan mewujudkan mimpi mulia: sebuah Palestina yang berdaulat dan bermartabat.
Keyakinan akan hak sejarah dan legal mereka atas tanah air menjadi bahan bakar yang terus menyala, menginspirasi tekad untuk terus bergerak maju menuju tujuan yang diperjuangkan bersama oleh seluruh bangsa Palestina.
Melalui berbagai tantangan dan cobaan, keteguhan hati para pejuang kemerdekaan Palestina ini justru semakin terasah. Setiap upaya diplomasi, setiap inisiatif gencatan senjata, dan setiap pengorbanan yang diberikan merupakan bukti nyata komitmen mereka tidak hanya pada perjuangan bersenjata, tetapi juga pada jalan politik menuju penyelesaian.