REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie menegaskan pentingnya sinergi antara dunia akademik dan pemerintah.
Ia menekankan bahwa kolaborasi erat antara perguruan tinggi dan pemerintah menjadi kunci utama dalam mempercepat penanganan korban bencana alam.
Dikonfirmasi di Jakarta, Senin, Wamendiktisaintek Stella menjelaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan kerangka kerja yang solid untuk mendukung penanganan tanggap bencana, yang mencakup tiga skema bantuan terencana.
Skema tersebut meliputi pengajuan proposal kebutuhan spesifik dari sivitas akademika di lapangan, pemberian bantuan langsung dari Kemdiktisaintek, serta penyaluran bantuan terkoordinasi bagi mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan yang terdampak langsung.
Fokus utama kementerian adalah efisiensi penyaluran. "Kesiapan bukan hanya soal kecepatan bergerak, tetapi memastikan bantuan tiba aman dan tepat sasaran," katanya, menekankan aspek akuntabilitas dalam respons darurat.
Stella memastikan penyaluran bantuan dilakukan melalui proses yang terukur dan bertahap. Ini dimulai dari identifikasi kebutuhan riil di lapangan, pengadaan barang secara tepat dan lengkap, hingga distribusi langsung ke wilayah yang membutuhkan seperti Sibolga, Tapanuli Tengah, dan Aceh Tamiang.
Di lokasi bencana, khususnya di Sumatera Utara, posko perguruan tinggi telah mengambil peran sentral. Mereka mengoordinasikan pengumpulan dan distribusi logistik pangan, layanan kesehatan darurat, pengerahan tenaga medis, relawan, serta tenaga teknis.
Tenaga teknis ini krusial perannya, fokus pada dukungan pemulihan jaringan komunikasi vital dan sanitasi lingkungan yang terdampak parah akibat bencana.
Stella merinci bantuan yang paling mendesak. "Selain logistik dasar seperti makanan, air bersih, dan selimut, serta obat-obatan yang menjadi kebutuhan paling mendesak," ujarnya.