Sabtu 18 Oct 2025 11:16 WIB

Eks Pejabat Mossad Ungkap Pengaruh Turki Membesar dan Sangat Ancam Israel

Rudal jarak jauh Turki sangat menjangkau Tel Aviv Israel.

Netanyahu Erdogan dan Donald Trump
Foto: Erdy Nasrul/Republika
Netanyahu Erdogan dan Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meninggalkan bayang-bayang masa lalu Kekhalifahan Ottoman dan sekularisme radikal, Turki kini bangkit sebagai pemain geopolitik yang tak terduga, menggabungkan kekuatan militer yang mencengangkan, industri pertahanan yang inovatif, dan diplomasi yang berani.

Keadaan itu memaksa dunia untuk bertanya: strategi tersembunyi apa yang sedang dimainkan Erdogan untuk membawa negaranya kembali ke panggung kekuatan global? Strategi itu termasuk juga untuk menekuk Israel yang kian menebar kebiadaban di Palestina, Tanah Suci ketiga Erdogan dan seluruh umat Islam di dunia. 

Baca Juga

Negeri yang dahulu dikenal dengan pembebasan Konstantinopel itu kini beralih dari peran mediator sementara menjadi arsitek utama dalam tatanan geopolitik kawasan.

Oded Eralam, mantan kepala unit kontraterorisme Mossad, secara tegas mendeskripsikan posisi baru ini dengan menyatakan, "Turki bukan lagi sekadar mediator sementara, melainkan pemain utama dan salah satu arsitek tatanan baru," sebagaimana diberitakan Al Jazeera.

Negeri yang dahulu terkenal dengan pasukan elite Jenissary itu memanfaatkan kekuatan militer, diplomasi proaktif, dan ambisi geopolitik yang besar. Kini bukan sekadar pasif dalam isu-isu global, melainkan menjadi aktor kunci yang mendefinisikan dan mengarahkan jalannya peristiwa, terutama di kawasan pengaruhnya, seperti di Timur Tengah, Kaukasus, dan Afrika.

Terkait Palestina dan Israel, Turki telah menjadi kekuatan yang signifikan, menjadi inisiatif damai untuk Gaza. Melalui Ibu Kota Ankara, Erdogan kini menebar pengaruhnya ke berbagai belahan dunia, termasuk Gaza.

Analisis terhadap proses negosiasi mengungkap keunggulan strategis Turki. Meskipun bukan pihak utama dalam negosiasi awal yang disponsori bersama Qatar dan Mesir, Turki berhasil melakukan intervensi strategis dengan memberikan dukungan penuh dan membentuk kemitraan tripartit dengan Kairo dan Doha.

Keberhasilan ini tidak hanya tercermin dari tercapainya gencatan senjata, tetapi juga dari pengakuan tingkat tinggi yang diberikan oleh mantan Presiden AS Donald Trump. Pujian Trump terhadap Presiden Erdogan dalam konferensi perdamaian di Sharm el-Sheikh, serta penetapan Turki sebagai penjamin utama kesepakatan, berfungsi sebagai legitimasi de facto atas peran sentral Turki di panggung internasional.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement