Jumat 17 Oct 2025 16:46 WIB

Peneliti BRIN: Hujan di Jakarta Mengandung Partikel Mikroplastik, Bahaya Buat Kesehatan

Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian hingga debu kendaraan.

Pengendara melintas di Jalan Sudirman saat hujan di Jakarta, Senin (28/7/2025). Peneliti BRIN sebut hujan d Jakarta mengandung mikroplastik.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengendara melintas di Jalan Sudirman saat hujan di Jakarta, Senin (28/7/2025). Peneliti BRIN sebut hujan d Jakarta mengandung mikroplastik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fakta baru terungkap. Hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan bahwa air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik berbahaya yang berasal dari aktivitas manusia di perkotaan.

Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova melalui keterangan di Jakarta, Kamis menjelaskan penelitian yang dilakukan sejak 2022 menunjukkan adanya mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di ibu kota, yang terbentuk dari degradasi limbah plastik melayang di udara akibat aktivitas manusia.

Baca Juga

"Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka," kata Reza.

Ia memaparkan mikroplastik yang ditemukan umumnya berbentuk serat sintetis dan fragmen kecil plastik, terutama polimer seperti poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena dari ban kendaraan.

Rata-rata, lanjut dia, peneliti menemukan sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta.

Menurut Reza, fenomena ini terjadi karena siklus plastik kini telah menjangkau atmosfer. Mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri, kemudian terbawa angin dan turun kembali bersama hujan, yang dikenal dengan istilah atmospheric microplastic deposition.

"Siklus plastik tidak berhenti di laut. Ia naik ke langit, berkeliling bersama angin, lalu turun lagi ke bumi lewat hujan," ujarnya.

Reza menilai temuan ini menimbulkan kekhawatiran karena partikel mikroplastik berukuran sangat kecil, bahkan lebih halus dari debu biasa, sehingga dapat terhirup manusia atau masuk ke tubuh melalui air dan makanan.

"Yang beracun bukan air hujannya, tetapi partikel mikroplastik di dalamnya karena mengandung bahan kimia aditif atau menyerap polutan lain," lanjut dia menegaskan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement