REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapal-kapal dari Armada Global Sumud Flotilla mulai dicegat oleh militer Israel. Namun sebagian kapal dilaporkan telah menghindari pasukan angkatan laut Israel dan melanjutkan perjalanan mereka ke Gaza.
Penyelenggara Global Sumud Flotilla mengatakan bahwa setidaknya dua kapalnya – sebuah kapal bernama Meteque dan sebuah yacht bernama All – telah “menentang perintah Israel untuk berhenti” dan terus menuju Gaza. Kelompok tersebut mengatakan bahwa setelah pukul 02.00 waktu Gaza, kapal-kapal tersebut berada 60 mil laut (sekitar 111 km) di lepas pantai daerah terkepung itu. Status kedua kapal saat ini tidak diketahui.
Tak lama kemudian Global Sumud Flotilla melaporkan bahwa sejauh ini 13 kapal telah dicegat oleh Israel dan 30 kapal masih dalam perjalanan untuk mencapai Gaza dengan bantuan untuk warga Palestina yang kelaparan.
“Intersepsi ilegal Israel tidak akan menghalangi kami,” kata kelompok itu. “Kami melanjutkan misi kami untuk memecahkan pengepungan dan membuka koridor kemanusiaan,” katanya. “Masih berlayar dengan kuat menuju Gaza, yang hanya berjarak 46 mil laut [85 km], meskipun ada agresi yang tak henti-hentinya dari angkatan laut pendudukan Israel”.
Kelompok aktivis tersebut kini menyatakan bahwa sekitar 30 kapal masih berlayar dengan kuat menuju Gaza yang hanya 85 km jauhnya meskipun ada agresi gencar dari angkatan laut pendudukan Israel.
View this post on Instagram
Seperti dilaporkan Aljazirah, Armada Global Sumud menyatakan delapan kapalnya kini telah dicegat oleh pasukan Israel saat mencoba berlayar menuju Gaza. Kapal-kapal yang dikonfirmasi telah disita oleh Israel adalah Deir Yassine/Mali, Huga, Spectre, Adara, Alma, Sirius, Aurora, dan Grande Blue.
Konvoi tersebut membawa aktivis internasional dan bantuan kemanusiaan dalam upaya untuk mematahkan blokade Israel atas Gaza, yang telah dijelaskan oleh Mahkamah Internasional sebagai tindakan melanggar hukum. Di antara aktivis yang ditahan yakni Greta Thunberg, Thiago Avila, pun Jasmine Acar, juga Mandla Mandela.
Hassan Jabareen, direktur pusat hukum adalah yang dikelola Palestina, menggambarkan intersepsi Israel terhadap kapal-kapal tersebut di perairan internasional sebagai penculikan, bukan penangkapan.
Jabareen menjelaskan bahwa peserta armada telah dibawa ke pelabuhan Ashdod dan mungkin menghadapi deportasi atau sidang pengadilan dalam beberapa hari.
View this post on Instagram