Senin 29 Sep 2025 07:50 WIB

Dubes: Tak Ada Mahasiswa Indonesia Jadi Korban Islamafobia di Australia

Beredar laporan kasus Islamofobia di Australia meningkat sejak perang Israel di Gaza.

Rep: Mg161/ Red: Teguh Firmansyah
Dubes Australia untuk Indonesia Roderick Brazier.
Foto: Mg161
Dubes Australia untuk Indonesia Roderick Brazier.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedubes Australia memastikan tidak ada mahasiswa Indonesia yang belajar di negeri Kanguru itu menjadi korban islamofobia. Pernyataan ini ditegaskan untuk merespos laporan Aljazirah bahwa insiden Islamofobia di Australia meningkat hingga 150 persen dalam interaksi langsung, dan melonjak 250 persen di ranah daring sejak dimulainya perang Israel di Gaza.

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Roderick Brazier, menegaskan bahwa pengalaman mahasiswa Indonesia di Australia tetap positif. Ia juga mengatakan belum ada laporan mengenai isu tersebut.

Baca Juga

“Ya, saya harap pengalaman semua mahasiswa yang telah belajar di Australia itu yang paling penting. Dan selama ini saya tidak pernah mendengar ada masalah dengan Islamofobia atau rasisme atau yang lain,” ujarnya dalam acara perayaan alumni Australia pada Sabtu (27/9/2025).

Ia menambahkan, jika pun ada isu terkait intoleransi, hal tersebut lebih banyak muncul dan menyebar di media sosial.

“Mungkin di media sosial kadang-kadang ada hal seperti itu dan teramplifikasi. Namun dari pengalaman teman-teman Muslim saya, tidak pernah ada masalah seperti itu,” jelasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh salah satu alumni Indonesia yang menempuh studi di Australia, Rafiqa. Ia mengaku tidak pernah mengalami insiden Islamofobia maupun rasisme secara langsung selama masa studinya.

“Kalau selama masa studiku sih nggak ada ya, karena aku tinggalnya di Melbourne, daerah yang multikultural,” ujar Rafiqa, alumni dari The University of Melbourne, Australia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement