Rabu 24 Sep 2025 12:34 WIB

Curhat Murid di Depok Soal Makanan MBG, Porsi Kurang Konsisten, Rasa Hambar Seperti di RS

Sekolah menilai jika murid terbiasa makan mecin, rasanya akan menjadi hambar.

Rep: Mg161/ Red: Teguh Firmansyah
Sejumlah siswa menikmati makan siang dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMPN 8 Padang, Sumatera Barat, Rabu (4/6/2025). Pemkot Padang memulai pelaksanaan program MBG tahap awal di 11 sekolah di Kota Padang dengan dukungan satu dapur utama serta tambahan tujuh dapur baru yang sedang dalam tahap persiapan dengan target bisa menjangkau lebih dari 100 sekolah di kota itu.
Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Sejumlah siswa menikmati makan siang dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMPN 8 Padang, Sumatera Barat, Rabu (4/6/2025). Pemkot Padang memulai pelaksanaan program MBG tahap awal di 11 sekolah di Kota Padang dengan dukungan satu dapur utama serta tambahan tujuh dapur baru yang sedang dalam tahap persiapan dengan target bisa menjangkau lebih dari 100 sekolah di kota itu.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pemerintah terus melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Makan Bergizi Gratis yang digelar secara nasional. Evaluasi itu termasuk soal menu dan higienitas panganan menyusul terjadinya sejumlah kasus keracunan massal di daerah.

Terkait menu, sejumlah murid menilai porsinya cukup, tapi kurang konsisten. Kemudian soal rasa terasa lebih hambar. Hal itu disampaikan oleh Bila, salah satu siswa Mts di Depok.

Baca Juga

Murid dari kelas tujuh menilai rasa makanan MBG cenderung hambar dan porsi yang diberikan tidak konsisten.

“Enak-enak aja sih, tapi porsinya kadang-kadang banyak, kadang-kadang dikit, terus rasanya hambar kaya makanan rumah sakit,” ujarnya kepada Republika pada Selasa (23/9/2025).

"Pengennya sih makanannya lebih berasa lagi rasanya gak kaya makanan rumah sakit, terus juga enaknya kalo masih anget. Dan kalo bisa porsinya bisa lebih banyak,", ujar harapan Bila terhadap program MBG.

Ia juga menambahkan bahwa harapannya bisa diberi susu karena tidak selalu ada susu di dalam menunya.

Sementara itu Nisa, salah satu orang tua mengaku tetap membawakan bekal tambahan untuk anaknya karena khawatir makanan yang disediakan kurang layak konsumsi.

“Iya tetap bawain bekel soalnya takut makanannya basi atau bau. Daripada nggak makan, mending bawain bekel,” ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement