Kamis 18 Sep 2025 06:04 WIB

Tiga Kejanggalan Sebelum Pembunuhan Kacab Bank BRI Jakarta Versi Pengacara

Korban memarkirkan mobilnya 300-400 meter dari rumahnya

Sejumlah tersangka dihadirkan saat pengungkapan kasus pembunuhan kepala cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (16/9/2025). Polda Metro Jaya mengungkap kasus pembunuhan kepala cabang BRI dengan mengamankan 15 orang tersangka dan sejumlah barang bukti.
Foto: ANTARA FOTO/Meli Pratiwi
Sejumlah tersangka dihadirkan saat pengungkapan kasus pembunuhan kepala cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (16/9/2025). Polda Metro Jaya mengungkap kasus pembunuhan kepala cabang BRI dengan mengamankan 15 orang tersangka dan sejumlah barang bukti.

REPUBLIKA.CO.ID,   JAKARTA -- Kuasa hukum kepala cabang pembantu (KCP) bank di Jakarta Pusat, MIP (37), Boyamin Saiman mengungkapkan sejumlah kejanggalan yang terjadi sekitar satu pekan sebelum korban diculik pada Rabu (20/8).

Keanehan pertama, kata Boyamin, korban mulai memarkirkan mobilnya 300-400 meter dari rumahnya. Korban itu nampak tidak nyaman seminggu sebelumnya (sebelum hari penculikan).

Baca Juga

"Parkir mobil di luar kompleks, enggak pernah itu (sebelumnya). Jadi dikatakan Satpam, (korban) jalan kaki sekitar 300-400 meter (menuju rumahnya) di Tangerang Selatan," kata Boyamin kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (18/9/2025). 

Boyamin mengatakan, perubahan perilaku korban tidak diketahui istrinya, lantaran ia tidak diberitahu. Korban lebih memilih untuk memendam sendiri.

"Justru istrinya tahu bahwa dia markir (mobil) itu (jauh dari rumah) ya setelah kejadian, diberitahu Satpam. Karena istrinya juga tidak terlalu sadar posisi mobil, karena (MIP) pulangnya malam."

"Bahwa dia bawa mobil atau enggak itu enggak engeh gitu. Terus pagi-pagi udah berangkat," kata Boyamin.

Kejanggalan kedua, kata Boyamin, ada orang yang dipergoki menguntit rumah masa kecil korban (sesuai KTP) di daerah Bogor. "Padahal korban sudah tinggal di wilayah Tangerang Selatan."

Keanehan ketiga ada orang mendatangi kantor cabang, Cempaka Putih (tempat korban bekerja), hendak mengurus ATM, tapi enggak membawa KTP.

"Rekening ditanya, enggak punya. Tapi ujung-ujungnya meminta untuk bertemu pimpinan. Berarti mau bertemu pimpinan kan, tapi kemudian tidak berhasil," kata Boyamin.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement