REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump pada Jumat (5/9/2025), mengatakan, negaranya sedang melakukan negosiasi intens dengan Hamas. AS mendesak kelompok perlawanan Palestina itu untuk membebaskan semua sandera di Jalur Gaza.
"Jika kalian tidak membebaskan mereka semua (para sandera), itu akan menjadi situasi yang rumit. Akan menjadi buruk," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih dilaporkan Anadolu.
"Saya pikir dari 20 orang itu, mungkin ada beberapa yang baru saja meninggal. Saya berharap itu salah," kata Trump. "Ada 20 orang, mungkin sedikit kurang, tetapi ada 20 orang yang ingin kami bebaskan. Kami juga menginginkan jenazah mereka."
Sekitar 250 orang disandera Hamas di Gaza setelah kelompok itu melakukan serangan lintas batas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Israel memperkirakan hampir 50 orang disandera dan ditawan di Gaza, 20 di antaranya masih hidup.
Sementara itu, lebih dari 10.400 warga Palestina, yang ditahan di penjara-penjara Israel, menderita akibat penyiksaan, kelaparan, dan penelantaran medis yang menyebabkan banyak kematian. Data itu menurut laporan media serta kelompok hak asasi manusia Palestina dan Israel.
Pada 18 Agustus, Hamas menerima gencatan senjata dan pertukaran tawanan yang diusulkan Mesir dan Qatar. Israel belum menanggapi usulan itu, tetapi pemimpinnya, Benjamin Netanyahu, justru memerintahkan agar rencana mencaplok Kota Gaza dilanjutkan.