REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pasukan elite Angkatan Laut AS (SEAL) melancarkan operasi berbahaya pada 2019 untuk memasang alat penyadap di Korea Utara guna memata-matai Kim Jong Un. Demikian dilaporkan New York Times, Jumat.
Misi tersebut, kata Times, alih-alih berhasil, tapi dengan cepat terbongkar dan berujung pada tewasnya banyak warga sipil.
Operasi tersebut dilakukan pada masa pemerintahan pertama Presiden Donald Trump, di tengah perundingan nuklir sensitif dengan Kim, yang telah tiga kali ditemui oleh pemimpin AS tersebut.
Misi tersebut dianggap sangat berisiko sehingga memerlukan persetujuan langsung presiden. Namun Trump bersikeras pada Jumat bahwa ia tidak mengetahui operasi tersebut.
"Saya tidak tahu apa-apa tentang itu. Saya baru mendengarnya sekarang untuk pertama kalinya," kata presiden kepada para wartawan.
"Meskipun telah berlatih selama berbulan-bulan, misi tersebut tetap berjalan sangat buruk," lapor Times.
View this post on Instagram