REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA – Ribuan orang melepas armada kapal yang berangkat dari Barcelona ke Jalur Gaza pada Ahad. Bagian dari armada global itu membawa bantuan kemanusiaan dan aktivis dalam upaya terbesar untuk mematahkan blokade panjang Israel terhadap wilayah Palestina melalui laut.
Hal ini terjadi ketika Israel meningkatkan serangannya terhadap Kota Gaza, membatasi pengiriman makanan dan pasokan pokok di bagian utara wilayah Palestina. Pakar pangan memperingatkan awal bulan ini bahwa kota ini sedang dilanda kelaparan dan setengah juta orang di seluruh wilayah tersebut menghadapi tingkat kelaparan yang sangat besar.
The Global Sumud Flotilla membawa makanan, air dan obat-obatan. Para aktivis di kapal tersebut menuntut perjalanan yang aman untuk menyalurkan bantuan yang sangat dibutuhkan dan pembukaan koridor laut kemanusiaan, menurut sebuah pernyataan. Perang yang berlangsung selama hampir 23 bulan ini telah menewaskan lebih dari 63.000 orang, dengan sedikitnya 332 warga Palestina meninggal karena kekurangan gizi, termasuk 124 anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Konvoi maritim yang terdiri dari puluhan kapal dan delegasi dari 44 negara ini diklaim sebagai upaya terbesar hingga saat ini untuk mematahkan blokade Israel di Jalur Gaza melalui jalur laut yang kini telah berlangsung selama 18 tahun. Mereka akan bergabung dengan lebih banyak kapal dari pelabuhan di Italia dan Tunisia dalam beberapa hari mendatang, dengan rute dari ujung barat Mediterania ke Jalur Gaza, kata penyelenggara.
Ribuan pendukung berbondong-bondong ke dermaga Barcelona, beberapa dari mereka mengenakan kaffiyeh dan meneriakkan “Bebaskan Palestina!” dan “Boikot Israel!” untuk mengirimkan berbagai macam kapal, mengibarkan bendera Palestina, mulai dari kapal pesiar mewah tua yang kumuh hingga perahu layar kayu kecil dan kapal-kapal yang tampak seperti industri. Salah satunya, Sirus, berusia lebih dari 100 tahun.
Sementara relawan Indonesia mulai bertolak untuk mengikuti armada global menembus Gaza itu. Sekitar 30 orang anggota delegasi sudah bertahap diberangkatkan sejak Sabtu (30/8/2025). “Selain yang bersama rombongan juga ada yang berangkat mandiri,” ujar Coky Ahmad, Koordinator Media dari Indonesia Global Peace Convoy (IGPC), Ahad (31/8/2025).

Rombongan yang berangkat tersebut diharapkan tiba di Tunisia pada 1 September besok. Sebagian ada uang menggunakan pesawat transit lewat Qatar dan lainnya melalui Frankfurt, Jerman.
Rombongan media sempat tertahan di Bangkok, Thailand, terkait kendala teknis dengan maskapai yang bakal mereka gunakan ke Tunisia. “Kita ikhtiarkan tetap berangkat ke Tunisia,” ujar Coky.
Jika berhasil tiba di Tunisia, para relawan itu akan bergabung bersama-sama aktivis kemanusian dari 50-an negara di Laut Mediterania untuk membawa logistik dan obat-obatan untuk masyarakat di Gaza yang menjadi korban genosida Zionis Israel.