Senin 28 Jul 2025 13:09 WIB

Surat Terbuka 1.000 Rabi Yahudi: Israel Jadikan Kelaparan Sebagai Senjata di Gaza

Israel dinilai telah melanggar hukum internasional karena memblokade bantuan.

Warga Palestina tersenyum saat membawa bantuan makanan yang diturunkan dari konvoi bantuan kemanusiaan di Kota Gaza, Ahad (27/7/2025). Militer Israel memulai jeda aktivitas militer taktis lokal di tiga wilayah berpenduduk padat di Gaza selama 10 jam sehari. Selama jeda aktivitas militer, bantuan kemanusiaan diizinkan masuk di Kota Gaza, Deir al-Balah dan Muwasi. Bantuan kemanusiaan Palestina dikirimkan melalui udara dan jalur darat. Seruan dunia menguat agar Israel membuka blokade bantuan kemanusiaan ditengah bencana kelaparan akut di Gaza.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Warga Palestina tersenyum saat membawa bantuan makanan yang diturunkan dari konvoi bantuan kemanusiaan di Kota Gaza, Ahad (27/7/2025). Militer Israel memulai jeda aktivitas militer taktis lokal di tiga wilayah berpenduduk padat di Gaza selama 10 jam sehari. Selama jeda aktivitas militer, bantuan kemanusiaan diizinkan masuk di Kota Gaza, Deir al-Balah dan Muwasi. Bantuan kemanusiaan Palestina dikirimkan melalui udara dan jalur darat. Seruan dunia menguat agar Israel membuka blokade bantuan kemanusiaan ditengah bencana kelaparan akut di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Lebih dari 1.000 rabi dari seluruh dunia menuduh Israel menjadikan kelaparan sebagai senjata di Gaza. Mereka mendesak otoritas di Yerusalem Barat untuk mengizinkan bantuan masuk ke kantor wilayah tersebut.

Menurut kepala badan pengungsi Palestina PBB, Philippe Lazzarini, sekitar 90.000 perempuan dan anak-anak menderita malnutrisi dalam apa yang digambarkan oleh kelompok-kelompok bantuan sebagai kelaparan yang disebabkan oleh blokade Israel.

Baca Juga

Seperti dilansir laman RT, para rabi dan cendekiawan Yahudi dari AS, Inggris, Uni Eropa, dan Israel menandatangani surat terbuka yang menyatakan bahwa orang-orang Yahudi 'menghadapi krisis moral yang serius.'

"Pembatasan ketat yang diberlakukan pada bantuan kemanusiaan di Gaza, dan kebijakan menahan makanan, air, dan pasokan medis dari penduduk sipil yang membutuhkan, bertentangan dengan nilai-nilai hakiki Yudaisme sebagaimana kita pahami," bunyi surat itu.

Para rabi mendesak Israel untuk mengizinkan 'bantuan kemanusiaan' yang masif  sambil meminimalisir agar tak jatuh Hamas. Mereka juga menuntut agar Israel bekerja segera melalui segala cara yang memungkinkan untuk memulangkan semua sandera dan mengakhiri pertempuran.

Surat yang diterbitkan pada Jumat tersebut telah melampaui 1.000 tanda tangan hingga Senin dini hari. Jonathan Wittenberg, seorang rabi yang berbasis di Inggris, mengatakan kepada Jewish Chronicle pekan lalu bahwa ia memimpin kampanye untuk mendobrak ;ketidakpedulian kejam terhadap kelaparan' Israel. 

Israel menyalahkan koordinasi internasional yang buruk dan Hamas yang dituduhnya mencuri makanan dan menyerang titik-titik distribusi. Para pejabat Israel berpendapat bahwa kelompok bersenjata tersebut menggunakan 'narasi kelaparan' sebagai daya ungkit dalam perundingan penyanderaan.

Tel Aviv telah berjanji untuk meningkatkan respons kemanusiaan, melanjutkan pengiriman makanan melalui udara, dan menerapkan 'jeda taktis' selama akhir pekan untuk memungkinkan lebih dari 100 truk mengirimkan pasokan ke Gaza.

Namun, Lazzarini menyebut langkah-langkah itu sebagai 'tipuan' Israel. Ia bersikeras bahwa Israel seharusnya membuka blokir akses bagi 6.000 truk bantuan yang menunggu untuk memasuki wilayah kantong tersebut.

Langgar hukum internasional

Sementara itu Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan, Israel telah melanggar hukum internasional karena memblokade pengiriman bantuan ke Jalur Gaza. Tindakan Israel tersebut yang menyebabkan krisis kemanusiaan di Gaza terus memburuk.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement