Rabu 23 Jul 2025 23:24 WIB

Towel Soroti Tantangan Timnas di Kualifikasi Piala Dunia: Faktor Non Teknis Arab Saudi Paling Berat

Patrick Kluivert dinilia masih punya waktu untuk mencari solusi bermain tanpa Ole.

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
Pemain timnas Indonesia pada pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran ketiga Grup C melawan China di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (5/6/2025). Timnas Indonesia mengalahkan China dengan skor 1-0. Gol tunggal Indonesia dicetak Ole Romeny lewat tendangan penalti di menit ke-45.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Pemain timnas Indonesia pada pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran ketiga Grup C melawan China di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (5/6/2025). Timnas Indonesia mengalahkan China dengan skor 1-0. Gol tunggal Indonesia dicetak Ole Romeny lewat tendangan penalti di menit ke-45.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sepak bola nasional Tommy Welly menilai timnas Indonesia menghadapi ujian berat pada Babak Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia dengan bertemu Arab Saudi dan Irak di Grup B. Towel, sapaannya, menyoroti dua persoalan teknis yang bisa memengaruhi kinerja skuad.

Pertama, cedera Ole Romeny. Ole adalah pencetak tiga gol dalam empat laga sebelumnya. Absennya Ole akan menjadi kehilangan signifikan karena kemampuan finishing dan kualitas individunya belum tergantikan di skuad timnas saat ini.

Baca Juga

"Lalu tanda tanya tentang jam terbang para pemain diaspora yang belum pasti bergabung dengan klub mana pada musim ini sehingga dapat berdampak pada kebugaran dan ritme bermain," ujarnya dikutip dari kanal Youtube, Gocek Bung Towel, Rabu (23/7/2025)

Namun, Towel menegaskan, tantangan ini tidak boleh meruntuhkan harapan. Ia percaya tim pelatih di bawah komandi Patrick Kluivert masih punya waktu. Termasuk FIFA Match Day pada September melawan Kuwait dan Lebanon, untuk mencari solusi yang tidak bergantung pada satu-dua pemain kunci.

Towel juga menyoroti tantangan dari sisi eksternal yang berpotensi mengganggu kesetaraan kompetisi. Pertama, keuntungan jadwal Arab Saudi yang bermain pada 8 dan 14 Oktober, memberi mereka waktu istirahat 5 hari. Sementara Indonesia hanya punya waktu recovery dua hari antara laga 8 dan 11 Oktober.

"Perbedaan jam pertandingan juga merugikan Indonesia. Laga melawan Arab digelar pukul 20.15, sementara kontra Irak hanya tiga hari berselang dan dimulai lebih sore pukul 18.00. Sebaliknya, Arab mendapat waktu lebih leluasa sebelum bertanding lagi pada pukul 22.30," jelasnya.

Oleh karena itu, Towel menyarankan PSSI mengirim surat resmi kepada AFC guna mempertanyakan kesenjangan jadwal dan waktu kick-off yang berpotensi menimbulkan ketidakadilan.

Merujuk pernyataan eks Presiden FIFA, Sepp Blatter, yang menyebut "Football has been lost to Saudi Arabia", Towel menyoroti pengaruh uang Arab Saudi dalam sepak bola dunia. Mulai dari penunjukan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 tanpa kajian mendalam, hingga pembelian hak siar Kejuaraan Dunia Antarklub senilai Rp16,2 triliun, serta dominasi sponsor seperti Aramco, Riyadh Airways, dan Visit Saudi.

Ia mengingatkan, faktor-faktor eksternal ini bisa memperberat perjuangan timnas Indonesia secara non-teknis. Towel menilai posisi Indonesia sebagai underdog di Grup B tidak ideal. Menurut dia probabilitas menang ada di angka 40 berbanding 60 persen.

Meski demikian, Towel tetap memberi apresiasi kepada tim pelatih Patrick Kluivert dan Alex Pastoor atas keseriusannya terlibat langsung di ekosistem sepak bola Indonesia, termasuk menyaksikan pertandingan Piala AFF U-23 dan laga klub lokal.

"Meski lawan Arab dan Irak sangat berat, perjuangan timnas harus total. Arab Saudi berkembang pesat, tetapi Indonesia juga punya potensi. Maka, jika ingin lolos, timnas harus menang mutlak lewat strategi dan kualitas sepak bola. Seperti dalam tinju, harus menang KO, jangan hanya menang angka atau split decision,” kata Towel menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement