Rabu 16 Jul 2025 16:29 WIB

Sekolah Rakyat Margaguna Tanamkan Perilaku Antiperundungan Saat MPLS

Sekolah rakyat jadi pilihan masyarakat luas.

Siswa Sekolah Rakyat menampilkan tari khas Papua di halaman Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Jayapura, Papua, Senin (14/7/2025). Sebanyak 100 siswa Sekolah Rakyat jenjang SMA mengikuti pembukaan masa pengenalan lingkungan siswa sekolah rakyat tersebut yang diinisiasi dari program Presiden Prabowo Subianto.
Foto: ANTARA FOTO/Gusti Tanati
Siswa Sekolah Rakyat menampilkan tari khas Papua di halaman Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Jayapura, Papua, Senin (14/7/2025). Sebanyak 100 siswa Sekolah Rakyat jenjang SMA mengikuti pembukaan masa pengenalan lingkungan siswa sekolah rakyat tersebut yang diinisiasi dari program Presiden Prabowo Subianto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 10 Margaguna, Jakarta Selatan, menanamkan perilaku anti perundungan (bullying) kepada siswa saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

"Menteri Sosial juga menyoroti penekanan anti 'bullying' di Sekolah Rakyat," kata Kepala SRMA 10 Jakarta Selatan, Ratu Mulyanengsih saat ditemui di Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Ratu mengatakan, konsep yang mengedepankan bebas perundungan ini menekankan nilai kebersamaan dan kesetaraan di antara peserta didik yang memiliki latar belakang usia dan pengalaman berbeda.

Sekolah ini menerima siswa berusia 15 hingga 21 tahun termasuk mereka yang pernah putus sekolah. Perbedaan usia dan pengalaman dianggap menjadi tantangan tersendiri, terutama dalam membangun interaksi yang sehat antar peserta didik.

"Yang paling sulit itu biasanya soal merokok, tapi setidaknya, kami sudah siapkan program 'no bullying' sejak awal," ujarnya.

Menurut dia, perundungan kerap berawal dari interaksi yang tidak sehat seperti canda yang berujung ejekan maupun kebiasaan berkumpul tanpa arah sepulang sekolah.

Karena itu, salah satu strateginya, yakni menanamkan nilai keagamaan seperti salat berjamaah yang disertai pesan-pesan moral.

Kemudian, pihak sekolah juga menyisipkan nilai anti-perundungan melalui program bercerita (storytelling) setiap pagi di mana siswa diajak bercerita mengenai diri, cita-cita dan pandangan mereka terhadap masa depan.

"Mudah-mudahan dengan cara seperti itu pemikiran mereka itu sudah sibuk dengan hal-hal positif. Kalau sudah sibuk dengan hal-hal positif, maka 'bullying' itu tidak dipikirkan," katanya.

Sekolah Rakyat hadir dengan pendekatan yang lebih luwes dibanding sekolah formal lantaran mengedepankan kolaboratif dan empati. "Kami ingin semua tumbuh bersama, semua setara," katanya.

SRMA 10 Margaguna, Jakarta Selatan, yang berada dalam Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatbangprof) memiliki luas empat hektare (ha) lebih.

Tersedia fasilitas gratis seperti perpustakaan, pusat kebugaran (gym), studio musik lapangan bulu tangkis hingga voli bisa membuat siswa semangat belajar.

Sebanyak 100 siswa diterima terdiri dari 56 laki-laki dan 44 perempuan dengan diberikan fasilitas asrama maksimal empat orang per kamarnya.

Sekolah Rakyat digagas oleh Presiden Prabowo Subianto dengan tujuan untuk menyediakan akses pendidikan berkualitas bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, mengacu pada Desil 1 dan 2 Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement