Ahad 13 Jul 2025 12:37 WIB

Mampukah Dunia Cegah Penambangan Laut Dalam?

Dengan dukungan Donald Trump, sebuah perusahaan Kanada berlomba dengan komunitas internasional untuk menambang dasar laut dalam demi mengeruk bahan baku baterai, saat moratorium tambang mulai terbit di sejumlah negara.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Jochen Tack/picture alliance
Jochen Tack/picture alliance

Ketika di Jamaika pembicaraan resmi dimulai untuk membahas perlindungan dasar laut di masa depan, operasi penambangan laut dalam komersial pertama di perairan internasional boleh jadi akan segera dimulai.

Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) belum mengumumkan secara resmi, apakah akan mulai mengkaji izin kontroversial untuk mengekstraksi logam dari dasar laut.

Namun pada waktu NOAA menyatakan permohonan izin berstatus "siap untuk ditinjau,” maka badan negara itu memiliki waktu enam bulan untuk memutuskan, apakah perusahaan Kanada The Metals Company (TMC) dapat memulai penambangan laut dalam.

TMC berencana melakukan penambangan dasar laut di Zona Clarion-Clipperton (CCZ) di Samudra Pasifik. Kawasan ini, yang terletak di antara Hawaii dan Meksiko, dikenal kaya akan nodule polimetalik yang mengandung logam-logam berharga seperti nikel, tembaga, kobalt, dan mangan. TMC memiliki izin eksplorasi di sebagian wilayah CCZ melalui kemitraan dengan negara-negara kecil Pasifik, yakni Nauru dan Tonga.

Pihak perusahaan mengajukan permohonan, setelah Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif pada April demi mempercepat perizinan penambangan mineral di dasar laut, meski belum ada aturan global yang disepakati negara-negara dunia.

Berdasarkan hukum PBB, perairan internasional dianggap sebagai "warisan bersama umat manusia” oleh 169 negara dan Uni Eropa. Tidak seperti AS, semua negara tersebut merupakan anggota Otoritas Dasar Laut Internasional (ISA), lembaga yang didirikan untuk melindungi ekosistem dasar laut. ISA tidak mengizinkan penambangan laut dalam, meski telah mengeluarkan sejumlah izin eksplorasi.

Dasar laut diyakini menyimpan cadangan kaya tembaga, kobalt dan nikel. Jenis logam ini penting untuk memproduksi baterai kendaraan listrik dan transisi energi hijau, sebabnya menarik bagi perusahaan seperti TMC.

Pihak perusahaan dan pemerintah di Washington menegaskan, aktivitas penambangan berdasarkan perintah Trump adalah demi memperkuat keamanan nasional, dan mengurangi kebergantungan dari Cina, penyuplai terbesar logam tanah jarang.

Namun para ilmuwan, ahli hukum, dan analis industri memperingatkan, enambangan laut dalam menyimpan risiko besar terhadap ekosistem alami, dan mempercepat perubahan iklim. Sebab itu, menambang dasar laut dipandang menghasilkan lebih banyak kerusakan ketimbang manfaat.

Kisah lama, di kedalaman baru

Proyek di Pasifik bukan kali pertama, di mana Direktur TMC Gerrard Barron bertaruh besar untuk menambang dasar laut. Sepuluh tahun lalu, dia merintis perusahaan lain, Nautilus Minerals, dengan ambisi mengekstraksi logam dari dasar laut di dekat Papua Nugini.

Setelah meluncur ke bursa saham pada 2007 dan menghimpun modal ratusan juta dolar, Nautilus jatuh bangkrut tanpa pernah menambang secara komersial. Barron hengkang lebih awal dan dilaporkan mengantongi sekitar USD30 juta. Papua Nugini sebaliknya hanya mendapat sisa peralatan dan kerugian publik lebih dari USD120 juta.

TMC memulai kiprah baru sebagai DeepGreen, yang didirikan pada 2011 oleh mantan CEO Nautilus Minerals, David Heydon. Barron kemudian mengambil alih dan menjelang pencatatan saham publik pada 2021, mengganti nama perusahaan menjadi The Metals Company.

Kali ini, TMC berencana menambang di laut lepas atau perairan internasional. Untuk itu, perusahaan mengakuisisi anak usaha di tiga negara Pasifik kecil — Nauru, Tonga, dan Kiribati — yang lalu mengajukan izin eksplorasi ISA di Zona Clarion‑Clipperton, wilayah dasar laut internasional yang kaya nodule polimetalik.

Perusahaan di bawah tekanan

Menjelang akhir 2023, TMC menghadapi kebuntuan. Otoritas dasar laut ISA belum juga menetapkan aturan untuk penambangan komersial, sementara semakin banyak negara Eropa — termasuk Jerman, Spanyol, dan Swedia — serta beberapa negara Pasifik telah menetapkan moratorium nasional terhadap praktik penambangan laut. Akibatnya, nilai saham TMC anjlok dan Nasdaq mengancam akan menghapus pencatatan.

Sebagai respons, TMC mengubah strategi lobi, demikian menurut penyelidikan Greenpeace Jerman dan lembaga antikorupsi AS, Anti-Corruption Data Collective.

Data yang dilihat dan dianalisis oleh DW menunjukkan, mesin lobi TMC beralih dari komite kebijakan kelautan, di mana terjadi penolakan eksploitasi lingkungan paling kuat, ke pejabat pertahanan dan keamanan nasional AS. TMC ingin menekankan bahwa logam dasar laut adalah senjata keamanan nasional melawan dominasi Cina.

Dalam wawancara sebelumnya dengan DW, Barron mengatakan, "Terpilihnya Trump adalah kabar baik bagi kami.” Beberapa minggu setelah Trump menandatangani perintah eksekutifnya, harga saham TMC melonjak.

Seberapa penting logam dasar laut?

TMC bersikeras rencana penambangan dasar laut bernilai besar bagi transisi menuju energi bersih. Nodule yang ingin ditambang mengandung kobalt, nikel, dan tembaga dalam jumlah besar. Namun permintaan pasar berubah.

"Kimia baterai telah berubah drastis. Baterai LFP, yang tidak menggunakan kobalt atau nikel, kini menguasai lebih dari 56% pasar baterai EV global,” ujar Tony Dutzik, analis senior di Frontier Group. "Perkembangan ini mengurangi urgensi," untuk penambangan.

Menurut Badan Energi Internasional (IEA), permintaan kobalt dan nikel baru diprediksi akan berlipat ganda pada 2040 dalam skenario nol emisi. Angka ini jauh lebih moderat dibanding proyeksi sebelumnya. IEA juga memperkirakan lebih dari separuh permintaan kobalt dan 12% nikel bisa dipenuhi lewat daur ulang.

"Menurut perkiraan ISA sendiri, tembaga dari penambangan laut dalam hanya akan memenuhi sekitar 1% dari permintaan global pada 2035,” tambah Dutzik. "Jika kita lebih serius soal daur ulang dan desain produk yang cerdas… kita bisa secara signifikan mengurangi kebutuhan penambangan baru — baik di darat maupun di laut.”

TMC tidak memberikan komentar tambahan, terkait perubahan narasi mereka mengenai urgensi penambangan laut dalam.

Isu keamanan nasional demi lobi politik?

Alex Gilbert, analis energi dan sumber daya dari Payne Institute, menyatakan bahwa "titik kritis sebenarnya ada pada pemrosesan,” dan di sanalah Cina menggunakan dominasinya. Karena sebagian besar proses pengolahan dilakukan di Cina, akses tambang saja tidak cukup untuk mengurangi ketergantungan pada Beijing.

Namun, Gilbert juga menyebutkan, jika terbukti layak, nodule laut dalam bisa menjadi bagian dari solusi. Dari sekitar 50 mineral yang dianggap kritis oleh Washington, nodule polimetalik mengandung tiga diantaranya, yakni nikel, kobalt, dan mangan. "Jika penambangan laut dalam bisa membantu menyediakan tiga dari empat komoditas, manfaatnya akan terasa nyata,” katanya, dengan catatan bahwa AS atau sekutunya harus membangun kilang nodule pertama di darat.

Akankah penambangan merusak dasar laut?

TMC mengklaim dampak penambangan bersifat minimal, dan pengujian menunjukkan potensi pemulihan ekosistem. Namun ahli biologi laut dalam seperti Beth Orcutt merasa skeptis.

"Di lokasi pengujian kecil pada 1980-an, kehidupan mikroba belum pulih bahkan 26 tahun kemudian,” ujar Orcutt, ilmuwan senior di Bigelow Laboratory, Maine. "Kawasan ini bukan zona mati, melainkan sebuah sistem yang hidup.”

Penelitiannya menunjukkan, komunitas mikroba mendukung fungsi penting ekosistem, termasuk daur karbon, retensi nutrisi, bahkan kemungkinan produksi oksigen.

"Kita belum memahami apa yang kita hancurkan,” tegasnya. "Dan begitu hilang, kita tak bisa mengembalikannya.”

Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Rizki Nugraha

Editor: Agus Setiawan

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement