Ahad 06 Jul 2025 07:35 WIB

AS Setujui Lenacapavir untuk Pencegahan HIV, tapi Mana Duitnya?

Perang melawan HIV kembali mendapat pukulan berat. Para ahli khawatir pemotongan anggaran kesehatan domestik dan bantuan luar negeri akan “menyia-nyiakan” kesempatan emas obat lenacapavir untuk melawan HIV.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Nardus Engelbrecht/AP/picture alliance
Nardus Engelbrecht/AP/picture alliance

Apa yang perlu kamu ketahui:

  • Amerika Serikat (AS) adalah pendukung terbesar program global HIV sampai tibanya Donald Trump di masa jabatan kedua sebagai presiden.
  • Para ahli memperingatkan bahwa pemotongan dana kesehatan dan bantuan luar negeri berisiko menghambat upaya mencegah lonjakan kasus HIV.
  • Risiko ini tetap nyata meski lenacapavir, obat pencegahan yang sangat menjanjikan, kini sudah disetujui di AS.

Pertempuran melawan HIV/AIDS terus mengalami tantangan di tahun 2025 karena pemotongan dana besar pada program bantuan global dari AS. Tidak hanya itu, anggaran kesehatan dalam negeri juga dikurangi.

Para ahli mengatakan kepada DW bahwa pengurangan dana ini bisa menggagalkan usaha menghentikan epidemi HIV di AS pada 2030, walaupun lenacapavir — yang oleh pejabat UNAIDS disebut sebagai "obat keajaiban” — sudah disetujui untuk pencegahan HIV.

Lenacapavir menawarkan perlindungan selama enam bulan dari infeksi HIV. Jurnal terkemuka Science bahkan menobatkannya sebagai "terobosan ilmiah tahun 2024.”

Namun, beberapa ahli mempertanyakan apakah janji besar obat ini bisa tetap terwujud jika lembaga kesehatan publik AS yang penting untuk menyalurkan lenacapavir ke yang membutuhkan justru kekurangan dana.

"Apakah kita akan menyia-nyiakan peluang terbesar dalam 44 tahun terakhir dalam pencegahan HIV, baik di AS maupun global?” tanya Direktur Eksekutif organisasi HIV AVAC, Mitchell Warren, dalam wawancara dengan DW.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Apa yang membuat lenacapavir disebut ‘obat keajaiban'?

Direktur Eksekutif UNAIDS, Winnie Byanyima, menyebut lenacapavir sebagai "produk keajaiban” pada tahun 2024. Hasil uji klinis tahap akhir menunjukkan lenacapavir hampir sempurna dalam menekan infeksi HIV.

Setelah disetujui sebagai pengobatan untuk menurunkan virusHIV, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) kini mengesahkan lenacapavir sebagai obat PrEP (pencegahan sebelum paparan). Obat PrEP dikonsumsi sebelum berhubungan seks tanpa pengaman atau menggunakan jarum suntik untuk melindungi dari HIV.

Berbeda dengan PrEP lain yang hanya menyerang satu tahap siklus virus, lenacapavir menyerang HIV di beberapa tahap, meningkatkan efektivitasnya. Sekitar 400.000 pasien di AS menggunakan PrEP dalam bentuk pil harian, tapi lenacapavir dengan suntikan dua kali setahun menawarkan perlindungan terlama hingga kini.

Dampak besar dari pemotongan anggaran

Pada masa jabatan pertama Donald Trump, inisiatif "Ending the HIV Epidemic” (Mengakhiri Epidemi HIV) diluncurkan dengan target menghentikan penularan HIV di AS pada 2030. Namun, pemotongan anggaran oleh pemerintahan saat ini membuat badan kesehatan federal seperti NIH dan CDC kekurangan dana, juga program Medicare dan Medicaid ikut terpengaruh.

Bantuan global AS melalui USAID dan PEPFAR juga dipangkas besar-besaran. "Baik infrastruktur penelitian NIH maupun USAID untuk bantuan luar negeri adalah program besar yang tidak spesifik HIV, tapi kini kemampuan mereka menyalurkan program yang menyeluruh dan terintegrasi untuk HIV berkurang,” jelas Warren.

Akibatnya, kelompok rentan seperti masyarakat berpendapatan rendah, pria gay dan biseksual, serta pekerja seks mungkin tak bisa mengakses lenacapavir yang bisa memberikan perlindungan luar biasa.

Di negara bagian AS yang memperluas Medicaid, semakin banyak orang memakai PrEP. Direktur Pusat Kebijakan HIV dan Penyakit Menular di O'Neill Institute, Jeffrey Crowley, menyebut pencapaian ini luar biasa. Namun, pemotongan anggaran membuat banyak orang kehilangan akses ke layanan HIV yang vital.

"Saya pikir masyarakat AS bisa bangga dengan respons kita terhadap krisis HIV baik domestik maupun global, tapi semuanya kini berisiko. Setelah begitu banyak kemajuan dan kematian, kenapa kita harus mundur?” tanya Crowley.

Dampak global mulai terasa

Setiap tahun, lebih dari satu juta kasus HIV baru terjadi di seluruh dunia. Dukungan AS lewat program seperti USAID dan PEPFAR sangat penting di wilayah paling terdampak, terutama Afrika. Namun, penarikan dana dari PEPFAR diperkirakan akan menambah 2.300 kasus HIV baru setiap tahun. Infeksi tahunan hingga saat ini sudah mencapai sekitar 3.500.

"Dana yang berkurang berarti kita akan semakin jauh dari target,” ujar Byanyima. "Kita belum tahu dampak total dari pemotongan AS, tapi dampaknya sudah terasa, dengan penurunan jumlah pasien yang datang ke klinik di beberapa negara.”

Meski AS masih mendukung ibu hamil dan menyusui melalui PEPFAR, tetapi akses PrEP bagi pria gay, pekerja seks, dan pengguna narkoba, kelompok paling berisiko, terhambat. Warren menyimpulkan: "Ini seperti membuang satu generasi kemajuan.”

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

Editor: Yuniman Farid

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement