REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Seorang WNI, mahasiswa asal Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Muhammad Taqi Askari (19 tahun) dievakuasi akibat eskalasi Iran dan Israel. Mahasiswa itu diketahui mengambil mata kuliah kimia nuklir.
Lulusan Pesantren Darul Muttaqien Bogor itu kini tercatat sebagai mahasiswa Shahid Beheshti University di Provinsi Tehran, Iran. Dia menjadi satu-satunya anak asli Tanjungpinang khususnya, dan Kepri pada umumnya yang menuntut ilmu jurusan kimia nuklir di Iran.
"Saya baru lima bulan kuliah di Iran, tapi masih kelas bahasa. Sekitar empat bulan lagi, baru mulai efektif kuliah jurusan kimia nuklir," kata Askari saat dipulangkan dari Jakarta di Bandara Raja Haji Fisabilillah (RHF) Tanjungpinang, Rabu.
Askari tiba di Bandara RHF menggunakan pesawat Batik Air sekitar pukul 15.00 WIB, yang difasilitasi Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Pemprov Kepri).
Ia dijemput langsung kedua orang tuanya, beserta Plt Kepala Biro Umum Pemerintah Provinsi Kepri Sentot Faisal.
Askari bercerita bahwa ia mendapat beasiswa kuliah di Iran melalui Kedutaan Besar Iran di Jakarta, usai lulus pesantren. Dia dan keluarga hanya mengeluarkan uang akomodasi keberangkatan menuju negara tersebut.
Pria kelahiran tahun 2006 itu mengaku akan kembali berkuliah di Iran, setelah kondisi perang di negara itu membaik, sekaligus mendapat izin orang tua.
"Kenapa tertarik kuliah di Iran, karena jurusan kimia nuklir di sana sangat bagus, apalagi sejak pesantren saya memang menyukai pelajaran kimia, ujarnya.
Di Iran, Askari tinggal di asrama kampus Shahid Beheshti bersama puluhan mahasiswa dari berbagai negara.
View this post on Instagram