Selasa 24 Jun 2025 19:19 WIB

Respons Polemik Pemecatan Imran Nahumarury di Malut United, Komdis PSSI: Buktikan Secara Hukum

Fee pemain yang dipungut oleh pelatih dan direktur teknik tidak diatur Komdis PSSI.

Rep: Fitriyanto/ Red: Andri Saubani
Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Hasani Abdulgani dalam acara
Foto: Republika/Afrizal Rosikhul Ilmi
Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Hasani Abdulgani dalam acara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia sepak bola Indonesia diramaikan dengan pemecatan pelatih Malut United Imran Nahumarury dan Direktur Teknik Yeyen Tumena. Alasan pemecatan pun bukan karena kegagalan prestasi klub namun lantaran isu soal fee pemain.

Anggota Komisi Disiplin (Komdis) PSSI Hasani Abdulgani ketika dihubungi Republika, Selasa (24/6/2025) mengatakan kalau pemecatan pelatih itu urusan internal klub. "Pemecatan pelatih itu internal klub apapun alasannya. Pelanggaran yang disebut melatari pemecatan tersebut yakni adanya fee pemain yang dipungut oleh pelatih dan direktur teknik tidak diatur di Komdis PSSI."

Baca Juga

"Itu lebih masalah pidana, ada unsur korupsi, jadi harus dibuktikan secara hukum. Demikian untuk yang dituduh kalau merasa difitnah ya bisa dibawa ke ranah hukum. Kalau PSSI akan bertindak jika ada pengaturan skor, match fixing ini baru ranah kita," ujar Hasani.

Ini memang baru pertama kali, masalah fee pemain yang dilakukan oleh pelatih diungkap ke publik oleh klub, lanjutnya. "Kalau terbukti, mereka yg terlibat seperti pelatih dan direktur teknik melanggar kode etik (etika) hukum sepak bola. Karena yang berhak mendapat fee hanya agen pemain."

"Tentu ini hal yang tidak baik untuk sepak bola Indonesia. Semua yang tidak baik harus diperbaiki. Ini bisa menghambat industri sepak bola Indonesia. Yang diinginkan FIFA dan juga PSSI adalah tindakan fair play tidak hanya di lapangan tetapi di sepak bola secara keseluruhan," tutupnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement