Sabtu 14 Jun 2025 16:27 WIB

Pemprov DKI Ingin Terapkan Sistem Jalan Berbayar, Pengamat: Angin Segar Atasi Kemacetan Jakarta

Pramono Anung berencana menerapkan ERP untuk atasi kemacetan Jakarta.

Rep: Bayu Adji P/ Red: A.Syalaby Ichsan
Pengendara terjebak kemacetan saat jam pulang kerja di kawasan Semanggi, Jakarta, Rabu (7/5/2025). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat mayoritas pekerja di Indonesia masih berada di sektor informal yakni sebanyak 59,40 persen atau mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya 59,17 persen. Pekerja sektor informal tersebut mencakup pekerjaan yang minim perlindungan hukum dan sosial seperti tidak adanya kontrak kerja hingga jaminan kesehatan. Menurut BPS kenaikan angkatan kerja di sektor informal tersebut salah satunya disebabkan oleh bertambahnya 3,59 juta orang ke pasar kerja dalam satu tahun terakhir namun tidak semua terserap ke sektor formal.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengendara terjebak kemacetan saat jam pulang kerja di kawasan Semanggi, Jakarta, Rabu (7/5/2025). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat mayoritas pekerja di Indonesia masih berada di sektor informal yakni sebanyak 59,40 persen atau mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya 59,17 persen. Pekerja sektor informal tersebut mencakup pekerjaan yang minim perlindungan hukum dan sosial seperti tidak adanya kontrak kerja hingga jaminan kesehatan. Menurut BPS kenaikan angkatan kerja di sektor informal tersebut salah satunya disebabkan oleh bertambahnya 3,59 juta orang ke pasar kerja dalam satu tahun terakhir namun tidak semua terserap ke sektor formal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta berencana menaikkan tarif parkir kendaraan pribadi dan menerapkan sistem jalan berbayar elektronik atau electronic road pricing (ERP). Hal itu dilakukan untuk mengurangi kendaraan pribadi dan mengatasi kemacetan di ibu kota.

Pemerhati transportasi, Muhammad Akbar, menilai kebijakan itu merupakan angin segar untuk mengatasi kemacetan di Jakarta. Kebijakan itu dinilai bukan sekadar soal menaikkan biaya parkir, melainkan bagian dari langkah awal untuk menekan dominasi mobil pribadi dan mendorong masyarakat beralih ke angkutan umum. Sementara itu, wacana untuk menerapkan sistem ERP dinilai bisa menjadi salah satu solusi jangka panjang untuk mengurangi kemacetan di ibu kota. 

Baca Juga

"ERP sebenarnya bukan ide baru. Jakarta telah merencanakan sistem jalan berbayar ini sejak lebih dari 20 tahun lalu. Sayangnya, hingga kini penerapannya tak kunjung terlaksana," kata dia melalui keterangannya, Sabtu (14/6/2025). 

Akbar menilai, banyak kendala yang membuat sistem ERP belum juga ditetapkan di Jakarta, mulai persoalan regulasi, kesiapan teknis, hingga kekhawatiran penolakan dari sebagian masyarakat. Padahal, sejumlah kota besar seperti Singapura, London, dan Stockholm, telah menerapkan sistem ERP dan terbukti ampuh menekan kemacetan sekaligus menciptakan tata kelola lalu lintas yang lebih tertib dan efisien.  

Ia mencontohkan, di Singapura, sistem jalan berbayar telah diterapkan untuk mengendalikan volume lalu lintas. Di negara itu, setiap pengendara yang melintasi kawasan padat pada jam-jam sibuk dikenakan biaya tambahan. Alhasil, lalu lintas menjadi lebih terkendali dan masyarakat terdorong untuk benar-benar mempertimbangkan secara matang sebelum bepergian dengan mobil pribadi. 

photo
Sejumlah kendaraan melintas di ruas Tol Palikanci menuju Tol Cipali di Cirebon, Jawa Barat, Jumat (4/4/2025). Korlantas Polri mulai memberlakukan sistem satu arah dari KM 228 ruas Tol Palimanan-Kanci hingga KM 70 GT Cikampek Utama untuk mengurai kemacetan saat arus balik Lebaran. PT Astra Tol Cipali mencatat pada Jumat (4/4) dari pukul 00.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB jumlah kendaraan yang melintasi tol dari arah Cirebon menuju Jakarta mencapai 47,2 ribu unit kendaraan dengan rata-rata 3.100 unit kendaraan per jam. - (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement