REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rizki Hesananda, Dosen Program Studi Teknologi Informasi Cyber University
Tanaman keladi tikus (Typhonium flagelliforme) telah lama dikenal sebagai tanaman herbal dengan potensi medis yang luar biasa. Di berbagai penelitian, tanaman ini menunjukkan manfaat besar dalam membantu penyembuhan penyakit seperti kanker payudara, kanker rahim, dan leukemia. Namun, di balik potensinya, keladi tikus memiliki tantangan besar yakni keragaman genetiknya yang rendah.
Sebagian besar keladi tikus diperbanyak secara vegetatif, yaitu melalui pemisahan bonggol. Metode ini, meskipun efektif dalam memperbanyak tanaman, berisiko menyebabkan tanaman yang dihasilkan menjadi sangat seragam secara genetik.
Untuk mengatasi keterbatasan ini, dilakukan inovasi melalui mutasi menggunakan iradiasi sinar gamma. Teknik ini bertujuan menciptakan keragaman genetik baru dengan memodifikasi struktur kromosom tanaman.
Dalam konteks penelitian ini, karakter morfologi tanaman hasil mutasi, seperti jumlah daun, luas daun, tinggi tanaman, dan jumlah anakan, diamati secara sistematis. Data yang terkumpul dari observasi ini membuka peluang besar untuk diterapkan teknik data mining guna menemukan pola tersembunyi.
Menggunakan Data Mining untuk Analisis Tanaman
Data mining merupakan teknik analisis data berskala besar untuk menemukan pola dan hubungan yang bermakna. Dalam penelitian ini, pendekatan supervised classification digunakan untuk mengelompokkan tanaman berdasarkan tingkat kemiripan karakteristik morfologinya.
Teknik klasifikasi ini dibangun menggunakan model CRISP-DM (Cross-Industry Standard Process for Data Mining), suatu metodologi standar dalam dunia data mining yang mencakup fase pemahaman bisnis, pemahaman data, pengolahan data, pemodelan, evaluasi, hingga implementasi.