REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Abbas Arrangchi pada Senin (2/6/2025) mengkritik laporan terbaru badan pengawas nuklir PBB atas program nuklir negara itu dan menyebut laporan tersebut sebagai "bermotif politik". Dalam laporan terbarunya, IAEA menyebut jumlah stok uranium Iran bertambah signifikan pada periode Februari hingga Mei 2025.
"IAEA harus menegakkan integritas profesionalnya dan tidak dipengaruhi oleh motif politik eksternal," kata Araghchi selama pertemuan di ibu kota Mesir, Kairo, dengan Direktur Jenderal Badan Pengawas Nuklir PBB, Rafael Grossi, yang juga dihadiri Menlu Mesir Badr Abdelatty.
Arrangchi mengatakan laporan IAEA telah memasukkan "tuduhan tak berdasar" mengenai program nuklir Iran. IAEA baru-baru ini melaporkan bahwa persediaan uranium Iran yang diperkaya hingga kemurnian 60 persen telah meningkat hampir 50 persen, serta berjumlah 408,6 kilogram, sebuah jumlah yang menurut pengawas nuklir PBB dapat digunakan untuk membuat sembilan senjata nuklir jika diperkaya lebih lanjut.
Temuan IAEA tersebut muncul ketika negosiasi tidak langsung berlanjut antara Teheran dan Washington untuk mencapai kesepakatan tentang program nuklir Iran. Sementara itu, Grossi mengatakan pertemuannya dengan Arrangchi berjalan konstruktif dan tepat waktu.
"Pertemuan tepat waktu di Kairo dengan Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty dan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi," katanya di akun X.
Grossi juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Mesir atas peran konstruktif negara itu dalam mendukung solusi diplomatik di kawasan tersebut. Araghchi, yang juga kepala negosiator nuklir Iran, tiba di Kairo pada Ahad (1/6/2025) sebagai bagian dari lawatan regional yang juga mencakup Lebanon.