Sabtu 17 May 2025 20:55 WIB

Dirut PNM Yakin Literasi Jadi Kunci Pemberdayaan Anak dan Generasi Muda

PNM memiliki program Titik Baca di PNM (TIBA di PNM).

Permodalan Nasional Madani (PNM) memiliki program literasi masyarakat yang diberi nama Titik Baca di PNM.
Foto: istimewa/doc humas
Permodalan Nasional Madani (PNM) memiliki program literasi masyarakat yang diberi nama Titik Baca di PNM.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — irektur Utama PNM Arief Mulyadi, berpandangan, di tengah arus digital dan informasi instan, membaca buku seringkali dianggap usang. Namun, bagi Arief, literasi tetap menjadi kunci utama membentuk generasi muda yang berpikir kritis, kreatif, dan berdaya saing.

Data Survei Sosial Budaya Nasional (Susenas) BPS 2022 menyebutkan, hanya sekitar 17% penduduk Indonesia yang membaca buku secara rutin. Fakta ini menunjukkan bahwa tantangan terbesar bukan pada produksi buku, tapi distribusi, akses, dan budaya membacanya. 

"Momen Hari Buku Nasional dimaknai PNM sebagai refleksi dan aksi nyata," kata Arief Mulyadi, dalam siaran pers, Sabtu (17/5/2025).

Ia memaparkan, salah satu contohnya yakni dengan menghadirkan Sudut Literasi di berbagai wilayah seperti Banyuwangi sebagai ruang baca fisik untuk anak-anak di pesisir. "PNM juga memiliki program Tiba di PNM (Titik Baca di PNM), inovasi berbasis digital berupa perpustakaan digital dalam bentuk barcode yang dapat di-scan untuk mengakses koleksi buku secara gratis oleh siapa saja," katanya.

Arief melanjutkan program Tiba di PNM membuka pintu literasi tidak hanya lewat rak buku fisik, tapi juga lewat genggaman tangan. Koleksi bacaan digital meliputi cerita anak, buku motivasi, literatur UMKM, hingga edukasi keuangan. Harapannya, siapapun yang tiba di PNM dapat langsung mengakses Tiba di PNM.

“Literasi itu bukan soal ada buku atau tidak. Ini soal bagaimana kita membuat buku bisa hadir dalam kehidupan sehari-hari. Lewat Sudut Literasi dan Tiba di PNM, kami ingin membuat buku kembali dekat dengan masyarakat,” ujar Arief.

Program literasi ini, menurut Arief, merupakan bagian dari misi besar PNM dalam memperluas pemberdayaan, tak hanya secara ekonomi, tapi juga secara pengetahuan. Dengan lebih dari 15 juta nasabah aktif program Mekaar di seluruh Indonesia, langkah ini diharapkan dapat menciptakan efek berantai terhadap budaya literasi di tingkat akar rumput.

Anak-anak dari nasabah PNM, kata Arief, berasal dari keluarga prasejahtera yang memiliki semangat belajar besar, tapi minim akses. "Kami ingin hadir di ruang-ruang itu. Karena dari satu buku yang dibaca, bisa tumbuh satu mimpi besar,” ungkap alumni Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto ini.

Hari Buku Nasional bukan hanya soal perayaan simbolis. PNM menjadikan momentum untuk mengubah ekosistem agar membaca jadi kebutuhan hidup. “Di tengah dunia yang makin digital, justru buku harus jadi jangkar agar generasi kita bukan hanya pandai menggunakan teknologi, tapi fondasi berpikirnya juga kuat,” paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement