Sabtu 17 May 2025 14:47 WIB

UMJ Gelar Konferensi Internasional, 14 Negara Bahas Tantangan SDGs

Kerja sama lintas negara sangat krusial untuk solusi berbagai permasalahan global.

UMJ menjadi tuan rumah International Conference of Social Work and Social Sciences 2025 yang dibuka Sabtu (17/5/2025).
Foto: UMJ
UMJ menjadi tuan rumah International Conference of Social Work and Social Sciences 2025 yang dibuka Sabtu (17/5/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menjadi tuan rumah International Conference of Social Work and Social Sciences (ICSWSS) 2025. Sebanyak 14 negara menghadiri acara ini, yaitu Indonesia, AS, Cina, Filipina, Vietnam, Bangladesh, Malaysia, Inggris, Rumania, Pakistan, Jepang, Italia, Korea Selatan, dan India.

Kegiatan ini kolaborasi antara Asian & Pacific Islander Social Work Educators Association (APISWEA) dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMJ.

Pembukaan acara berlangsung di Auditorium KH Ahmad Azhar Basyir Gedung Cendekia UMJ, Sabtu (17/5/2025).

Konferensi ini merupakan pertemuan akademisi dan praktisi yang berlangsung selama empat hari dari dari 16 sampai 19 Mei 2025.

Wakil Rektor I UMJ Dr Muhammad Hadi, S.KM, M.Kep berterima kasih karena telah mempercayakan UMJ untuk menjadi tuan rumah konferensi ini. Ia menyambut hangat 284 peserta dari 14 negara yang berlatar belakang budaya, disiplin ilmu, dan pengalaman beragam.

“Kehadiran Anda semua hari ini bukan sekadar partisipasi, melainkan bukti komitmen kita bersama mendorong kemajuan sosial, menjunjung tinggi keunggulan akademik, dan membangun masyarakat lebih adil dan penuh empati,” ujarnya.

Hadi menekankan, penyelenggaraan konferensi ini memiliki makna khusus karena UMJ menjadi kampus pertama kali di Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aiyiyah (PTMA) yang menyelenggarakan konferensi internasional bekerja sama dengan APISWEA.

Saat ini, Muhammadiyah memiliki 162 universitas di seluruh Indonesia serta lembaga pendidikan di Australia, Malaysia, dan sejumlah negara lainnya.

photo
(UMJ)

Perwakilan APISWEA, Prof Peter Szto, Ph.D mengatakan pentingnya kolaborasi global dalam menghadapi tantangan sosial di era modern. Ia menekankan kerja sama lintas negara dan budaya sangat krusial untuk menciptakan solusi atas berbagai permasalahan global.

“Meskipun saya berasal dari AS, saya merasa kita terhubung secara erat sebagai pekerjaan sosial dari kawasan Asia Pasifik. Saat ini, dunia menghadapi banyak persoalan besar, dan tanpa kerja sama yang erat, persoalan-persoalan itu tidak akan terselesaikan,” ujarnya.

Peter menyampaikan konferensi ini sangat bermanfaat sebagai ruang pembelajaran bersama antarpeserta dari berbagai negara. Ia mendorong peserta tidak hanya membuka pikiran, tetapi juga membuka hati dalam mengikuti rangkaian kegiatan.

Presiden APKPSI Dr Rudi Saparudin Darwis menerangkan, APKPSI merupakan organisasi yang menaungi program studi kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial di Indonesia.

Organisasi ini memiliki peran penting dalam menerbitkan standar pelaksanaan pendidikan, termasuk kurikulum, praktik lapangan, kualifikasi dosen, serta infrastruktur pendukung lainnya.

“Saat ini, APKPSI memiliki anggota dari 22 universitas di Indonesia. Mereka menyelenggarakan 24 program studi jenjang sarjana (S1), 6 program magister (S2), dan 2 program doktoral (S3),” ujarnya.

Rudi mengungkapkan salah satu agenda utama APKPSI tahun ini adalah memperkuat pendidikan profesi bagi pekerja sosial sebagai jenjang lanjutan setelah pendidikan sarjana. Menurutnya ICSWSS yang diselenggarakan APISWEA dan UMJ menjadi momentum penting untuk mendukung upaya tersebut.

“Kami yakin konferensi ini akan memberikan inspirasi dalam mempersiapkan kurikulum pendidikan sarjana dan profesi di bidang pekerjaan sosial,” tambahnya. Tahun ini, ICSWSS mengusung tema "Global Transformation and Challenges in Social Work and Social Sciences Toward Achieving the 2030 SDGs".

Tema tersebut menyoroti pentingnya integrasi tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dalam peran keilmuan ilmu sosial dan profesi pekerjaan sosial, khususnya dalam merespons berbagai tantangan global seperti kemiskinan, ketimpangan sosial, serta upaya mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.

Pembukaan ini dimeriahkan lembaga seni otonom Terasenja yang membawakan tari tradisional dari Aceh yaitu Ratoh Jaroe. Terasenja merupakan lembaga UMJ yang berasal dari mahasiswa Fakultas Agama Islam UMJ.

Turut hadir Direktur Jenderal Perlindungan Jaminan Sosial Kementrian Sosial Prof Dr Agus Zainal Arifin, S.Kom., M.Kom dan Direktur Jenderal Sains dan Teknologi Ahmad Najib Burhani, M.A., jajaran Wakil Rektor UMJ.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement