REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Ahad (4/5/2025) mengatakan bahwa pihaknya tengah mengupayakan "pelucutan total" program nuklir Iran. Meski ia mengakui, Iran tetap menginginkan program nuklir berjalan untuk kepentingan sipil.
"Energi sipil, begitulah namanya (program nuklir Iran). Namun, Anda tahu, energi sipil sering kali mengarah pada perang militer. Dan kami tidak ingin mereka memiliki senjata nuklir. Ini adalah kesepakatan yang sangat sederhana. Pelucutan total - itulah yang kami inginkan," kata Trump.
Trump menambahkan bahwa Iran sama sekali tidak memerlukan program nuklir sipil. Dengan alasan, bahwa Teheran memiliki cukup banyak minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan energi sendiri.
Sebelumnya pada Kamis (1/5/2025), Menteri Luar Negeri Oman Sayyid Badr bin Hamad bin Hamood Albusaidi mengatakan bahwa putaran keempat perundingan nuklir AS-Iran, yang telah dijadwalkan pada 3 Mei, ditunda karena alasan logistik. Putaran pertama perundingan nuklir antara Iran dan AS berlangsung di ibu kota Oman, Muscat, pada 12 April.
Kemudian, putaran kedua diadakan di Roma pada 19 April, dengan mediasi dari Oman, serta putaran ketiga perundingan nuklir adalah di Muscat pada 26 April. Iran menandatangani kesepakatan nuklir dengan China, Prancis, Rusia, Inggris, AS, dan Jerman, serta Uni Eropa, pada 2015, yang mewajibkan Teheran untuk mengurangi program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi.
Namun, AS menarik diri dari kesepakatan tersebut pada 2018 selama masa jabatan pertama Presiden AS Donald Trump dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran, yang menyebabkan kesepakatan tersebut bubar. Sebagai tanggapan, Iran mengumumkan akan mengurangi komitmen terkait kesepakatan itu dengan mengabaikan pembatasan penelitian nuklir dan tingkat pengayaan uranium.