Sabtu 03 May 2025 07:43 WIB

Drone Serang Kapal Bantuan Gaza yang Dinaiki Aktivis Greta Thunberg

Thunberg kini juga menyerukan keadilan bagi warga Palestina.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Kapal bantuan Gaza yang juga ditumpangi aktivis Greta Thunberg diserang drone di Malta, Jumat (2/5/2025).
Foto: Government of Cyprus
Kapal bantuan Gaza yang juga ditumpangi aktivis Greta Thunberg diserang drone di Malta, Jumat (2/5/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, MALTA — Sebuah kapal bantuan kemanusiaan yang akan berlayar ke Gaza bersama aktivis iklim Greta Thunberg menjadi sasaran serangan drone di luar perairan Malta, Jumat dini hari (2/5/2025). Misi ini merupakan bagian dari Gaza Freedom Flotilla—inisiatif 40 aktivis yang bertujuan mengirimkan bantuan dan mengangkat perhatian internasional atas blokade Israel terhadap Gaza.

Kapal bernama The Conscience dilaporkan terbakar setelah terkena dua serangan dari pesawat tak berawak, menurut keterangan para aktivis dan laporan media lokal LovinMalta, Jumat (2/5/2025).

Baca Juga

Tim darat di Malta segera berupaya naik ke kapal selama beberapa hari sebelum insiden, namun belum memperoleh izin penuh dari otoritas setempat. Sebuah kapal tunda kemudian memadamkan api pada pukul 01.28.

Aktivis di kapal menolak evakuasi oleh Angkatan Bersenjata Malta, bersikukuh tetap berada di dek untuk memastikan keamanan kargo bantuan. Kapal tersebut tetap berada di luar perairan teritorial Malta dan dipantau oleh otoritas maritim setempat.

Greta Thunberg mengutuk serangan ini sebagai pelanggaran hukum internasional dan hak asasi manusia. “Ini contoh nyata bagaimana hukum internasional dan hak asasi manusia tidak dihormati,” ujarnya kepada Times of Malta.

Thunberg menambahkan bahwa tim di Malta sangat khawatir tentang keselamatan rekan-rekannya di atas kapal, dan mengecam terjadinya insiden di dekat wilayah Uni Eropa.

Thunberg yang dikenal lewat aksi mogok sekolah untuk iklim sejak 2018, kini juga menyerukan gencatan senjata dan keadilan bagi warga Palestina.

Pernyataan serta dukungannya terhadap Palestina di media sosial sempat memicu reaksi keras, termasuk keputusan Kementerian Pendidikan Israel yang mencoret namanya dari kurikulum sekolah, dengan alasan dukungannya “merusak reputasi sebagai panutan moral dan pendidikan.”

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement